Kamis, 13 Oktober 2016

Siapakah Aku ?

Edit Posted by with No comments
Siapakah aku ?



            Anda mungkin sering mendengar tentang pentingnya pemahaman akan diri sendiri. Siapa pun memang harus mengenal dirinya sendiri. Namun, pemahaman diri tersebut tidak bisa dicapai dengan mudah. Secara terus-menerus kita harus menggali siapa diri kita, secara mendalam.
            Jika hanya sekedar menjawab pertanyaan tentang identitas diri, tempat dan tanggal lahir, alamat, pekerjaan dan sejenisnya, kita mungkin tidak akan mengalami kesulitan. Namun, sebenarnya pahamkah kita terhadap diri kita sendiri? Siapakah kita sebenarnya? Untuk apa kita lahir dan hidup? Seperti apakah kehidupan kita nanti? Dan sebagainya. Menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan mendalam tidaklah semudah yang dibayangkan.

Siapakah aku ini?
            Jika anda ditanya, "siapakah anda?", tentu akan ada beraneka jawaban dari setiap orang. Untuk membantu menjawab pertanyaan itu, sedikitnya ada etap sudut pandang yang dapat dijadikan landasan.

            Dari sudut pandang spiritual setidaknya jawaban yang mungkin adalah sebagai berikut.
1.      Aku adalah makhluk ciptaan Allah yang disebut manusia.
2.      Aku diciptakan Allah sebagai tanda terbesar atas kuasa-Nya di muka bumi.
3.      Aku adalah manusia yang diberi tanggung jawab oleh Allah untuk menjaga, mengolah dunia sehingga berkembang dan berarti bagi kehidupan seluruh makhluk ciptaan Allah.
4.      Berdasarkan agamamu mungkin bisa diberi jawaban.

            Sebenarnya ada cukup banyak sudut pandang lain, yang dapat menambah jawaban pertanyaan tentang "siapa diri kita", seperti halnya sudut pandang hukum, ekonomi, atau hak manusia.
            Secara singkat dapat diuraikan bahwa hal-hal yang harus dapat kita kenali dari diri kita adalah sebagai berikut: 

ü  Sifat - sifat dan karakter
         Setiap orang pasti membawa sifat-sifat dan karakternya sendiri-sendiri, setiap orang walaupun bisa saja ada kemiripan tapi tidak pernah ada yang sama persis dalam hal ini.
         Menurut saya sebenarnya sifat-sifat dan karakter dalam diri seseorang ini tidak ada batasan"baik-buruknya" karena bagaikan "rasa dan aroma dalam setiap masakan saja", hanya saja kalau banyak orang yang dapat menerima dan menyenangi maka dianggap "baik"sedangkan kalau banyak orang tidak dapat menerima dan tidak suka maka dinilai "tidak baik". Tentu pada akhirnya mau tidak mau harus "ada penilaian", yang mana sebagai kaum Siu Tao kitapun tidak bisa terlepas dan sudah sewajarnya berusaha mengejar nilai-nilai berlaku yang baik.

ü  Hasrat dan keinginan
         Setiap orang pasti memiliki hasrat dan keinginannya masing-masing, yang biasanya adalah merupakan refleksi dari sebuah bentuk ideal / cita-cita yang awalnya bersumber dari ego. Dalam bentuk yang paling sederhana dan murni bisa disimpulkan bahwa ego semua manusia itu pada dasarnya adalah "baik" karena secara alamiah bersumber dari "survival spirit" (naluri mempertahankan hidup). Sehingga setiap manusia selalu bermotivasi untuk mempertahankan hidupnya serta terus mengembangkan hidup ke kondisi yang semakin baik dan jauh dari resiko - resiko kesusahan baik secara fisik maupun mental.
         Nah, karena begitu kompleknya keadaan yang ada maka akhirnya latar belakang dan kesempatan yang ada pada seseorang akan berbeda dengan orang lainnya. Hal ini pulalah yang kemudian harus bisa juga dipahami dan disadari sehingga kita bisa benar-benar menyatu dengan hasrat dan keinginan kita sesuai kealamiahannya masing-masing (hasrat dan keinginan ini saya anggap sebagai suatu daya pendorong gerak yang sangat murni dan tulus). Tetapi tentunya keadaan sosial tetap harus dijadikan rambu-rambu keseimbangan geraknya 

ü  Kemampuan
         Penguasaan terhadap suatu hal yang merupakan ciri khas seseorang yang dimiliki dan didapat secara dan dalam kealamiahannya masing - masing, haruslah terus digali dan dikembangkan serta dipergunakan secara positif demi kepentingan kebaikan yang semakin luas semakin baik. Dalam hal ini yang namanya kemampuan itu, normalnya memang akan selalu terasa kurang bagi semuanya, karena adanya kondisi persaingan yang semakin mengetat.
         Oleh karena itu jika bisa mengenal kemampuan diri maka secara lebih gampang pula kita dapat terus mengembangkannya sehingga mencapai suatu level yang relatif tinggi. Biasanya kemampuan seseorang itu berupa wawasan, pengetahuan, kepandaian dan keahlian, yang merupakan hasil dari perpaduan antara intelegensi dan emosi melalui proses belajar (baik sekolah maupun otodidak) serta pengalaman-pengalaman sepanjang hidupnya.
         Dari sini, maka kita dapat disimpulkan bahwa "belajar" dan "berlatih" adalah dua hal pokok yang sangat berperan dalam usaha meningkatkan kemampuan diri.
 
ü  Ketidakmampuan & keterbatasan
         Diluar kemampuan yang ada, maka adalah hal yang alami pula bahwa setiap insan didunia ini selalu diliputi juga oleh ketidakmampuan dan keterbatasan (sengaja penulis tidak menggunakan kata "kelemahan" untuk memberikan nuansa optimisme).
         Adapun merupakan hal yang juga tidak kalah pentingnya dalam proses pengenalan diri kita masing-masing untuk justru lebih mengenal ketidakmampuan dan keterbatasan yang ada dengan motif untuk memperbaiki dan merubahnya sebisa mungkin sehingga menjadi faktor yang bahkan dapat diandalkan. Dalam masalah ini memang kemauan dan usaha keras secara konsisten mutlak diperlukan , karena biasanya untuk dapat bisa "mengakui"bahwa kita mempunyai ketidakmampuan dan keterbatasan saja sudah sangat sulit (karena harus melawan ego dan kesombongan kita) apalagi untuk merubahnya.
         Modal dasar utama yang diperlukan untuk mengatasi hal ini adalah kejujuran dan keterbukaan. Akan tetapi dilain sisi, jangan pula kita sampai terjerumus dan terseret arus pola berpikir pesimis yang akhirnya justru membesar-besarkan faktor ketidakmampuan dan keterbatasan yang ada menjadi senjata dan alasan untuk meng "cover" semua hal dalam kehidupan ini yang memang sulit dan berat bagi siapapun.

ü  Latar belakang
         Latar belakang bisa dianggap sebagai akar dari semua perkembangan yang timbul dan ada sekarang ini bagi siapapun juga. Walau kita pada akhirnya memang tidak perlu mempermasalahkan tapi bisa memahami latar belakang dari diri kita sedikit banyak dapat berguna untuk mengetahui siapa dan bagaimana diri kita yang sesungguhnya.
         Oleh karena itu pula dalam metode-metode pengembangan kepribadian yang paling modern sekalipun, pemanfaatan latar belakang diri seseorang sebagai alat refleksi diri untuk membangkitkan pemicu semangat kearah yang lebih efektif masih sangat ampuh dan bermanfaat.

LOGIKA DAN KEBENARAN

Edit Posted by with No comments
LOGIKA DAN KEBENARAN


   Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling tinggi, dianugerahi oleh akal pikiran yang berguna bagi manusia dalam mencari dan  menemukan jawaban atas berbagai permasalahan. Berpikir dikatakan menjadi bagian dari kehidupan manusia (Suwardi Endraswara, 2012: 175).Dengan kata lain semua orang sudah, sedang, dan akan melakukannya sepanjang waktu selama hidup. Dengan berpikir kita dapat mampu      menarik sebuah kesimpulan atau menemukan jawaban atas permasalahan   yang terjadi.
   Sejak kecil manusia sudah mulai berpikir tetang segala sesuatu disekitarnya, sebagai contoh: anak kecil akan selalu bertanya: apa ini?Atau apa itu? Kepada orang tuanya tentang sesuatu yang sedang dilihat dan/atau dipikirkannya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita juga sering mendengar ungkapan “omonganmu tidak logis”atau “kalau ngomong yang logis dong”. Kedua ungkapan tersebut menimbulkan pertanyaan apakah tidak logis sama dengan tidak masuk akal? Atau apakah yang tidak logis itu sama dengan tidak benar? Kalau berbeda apakah yang dimaksud tidak logis tersebut? Apakah yang dimaksud dengan benar itu sendiri? Apakah yang logis itu selalu benar? Bagaimana sesuatu dikatakan benar?

A.      LOGIKA
1.       Pengertian Logika
 Dalam filsafat ilmu, logika sangat dibutuhkan untuk menjelaskan dan memahami sebuah gejala keilmuan. Hadiatmaja dan Kuswa Endah  melalui Suwardi Endraswara (2012: 174) menyatakan bahwa logika adalah cabang filsafat umum yang membicarakan masalah berpikir tepat, yaitu mengikuti kaidah-kaidah berpikir yang logis.
  Logika berasal dari kata Yunani yaitu “logos” yang berarti ucapan, kata, akal budi, dan ilmu (Suwardi Endraswara, 2012: 173). Secara leksikal, Oxford Advanced Learner’s Dictionary mendefinisikan logika sebagai (1) the science of thinking about or explaining the reasons for something, (2) a particular method or system of reasoning, dan (3) a way of thinking or explaining something, whether right or wrong. Hal senada juga ditegaskan oleh Karomani (2009: 14) yang mendefinisikan logika sebagai suatu kajian tentang bagaimana seseorang mampu untuk berpikir dengan lurus.
 Logika adalah ilmu tentang metode dan prinsip yang memelajari segenap asas, aturan dan tata cara mengenai penalaran yang benar untuk membedakan yang benar dan yang salah. Logika merupakan ilmu sekaligus keterampilan berpikir guna memeroleh argumentasi yang nalar ketika digunakan untuk memandang sebuah fenomena (Suwardi Endraswara, 2012: 175).
 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa logika adalah ilmu atau cara tertentu yang digunakan seseorang dalam rangka berpikir lurus guna mencari alasan, penjelasan, dan jawaban atas sebuah permasalahan.
           
B.      KEBENARAN

1.       Pengertian Kebenaran
Maksud hidup ini adalah untuk mencari kebenaran. Kebenaran inimenurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah keadaan (hal dsb) yang cocok dengan keadaan (hal) yang sesungguhnya. Sementara menurut Syafi’i dikutip oleh Marwar didalam artikelnya, “Kebenaran dalamperspektif filsafat ilmu”mengatakan bahwa kebenaran itu adalah kenyataan.  Kenyataan yang dimaksud itu tidak selalu yang seharusnya terjadi. Kenyataan yang terjadi bisa saja berbentuk ketidakbenaran (keburukan). Jadi, ada dua pengertian kebenaran, yaitu kebenaran yang berarti nyata-nyata di satu pihak, dan kebenaran dalam arti lawan dari keburukan (ketidakbenaran).
Kebenaran adalah kenyataan yang benar-benar terjadi. Pernyataan ini pasti, dan tidak dapat dipungkiri lagi. Manusia selalu ingin tahu kebenaran, karena hanya kebenaranlah yang bias memuaskan rasa ingin tahu, dengan kata lain tujuan pengetahuan ialah mengetahui kebenaran.
Kita manusia bukan hanya sekedar ingin tahu, tetapi ingin mengetahui kebenaran. Kita juga selalu ingin memiliki pengetahuan yang benar. Kebenaran ialah persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan obyeknya.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa logika dan kebenaran dalam filsafat ilmu sangat dibutuhkan dan menjadi tujuan dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi. Logika, filsafat, dan ilmu saling berkaitan satu dengan yang lainnya guna memperoleh sebuah kebenaran yang sahih. Dengan kata lain, ketiga-tiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Ilmu seharusnya bermain di atas logika dan didukung oleh data (konfirmasi). Tanpa logika ilmu kurang bermakna. Logika akan mengarahkan seorang peneliti ketika mencari kebenaran. Logika mengutamakan kesadaran dan dan nalar yang jernih dalam segala hal. Logika yang nalar harus didukung oleh konfirmasi, artinya ada penjelasan dan pemahaman mendalam. Konfirmasi dapat menjadi jalan mencapai kebenaran ketika didukung oleh strategi berpikir logis.
Kebenaran menjadi cita-cita tertinggi yang dikejar oleh filsafat ilmu. Kebenaranpun perlu didukung oleh fakta-fakta (data). Kebenaran yang didukung oleh fakta (data), diperoleh melalui aplikasi berpikir metodologis. Dengan kata lain, fakta (data) merupakan modal untuk menemukan kebenaran yang logis. Kebenaran dan fakta selalu menggunakan logika.

Siapa Takut Belajar Filsafat

Edit Posted by with No comments
Siapa Takut Belajar Filsafat




            Pernahkah anda bertanya dalam hati, apa tujuan hidup ini? Atau mengajukan pertanyaan, mengapa saya ada? Memang, agama memberikan jawaban. Namun, apakah anda puas dengan jawaban yang diberikan agama? 
Jika anda tidak puas dengan jawaban dari agama, ataupun dari tradisi anda, maka belajar filsafat adalah sesuatu yang mesti anda lakukan. Setidaknya dengan mempelajari filsafat, anda bisa menemukan metode yang lebih tepat untuk memahami dan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan dasar tersebut.
1.      Berpikir
            Filsafat, pada hemat saya, bukan sekedar merupakan mata kuliah. Filsafat adalah suatu tindakan, suatu aktivitas. Filsafat adalah aktivitas untuk berpikir secara mendalam tentang pertanyaan-pertanyaan besar dalam hidup manusia (apa tujuan hidup, apakah Tuhan ada, bagaimana menata organisasi dan masyarakat, serta bagaimana hidup yang baik), dan mencoba menjawabnya secara rasional, kritis, dan sistematis.
            Untuk catatan, filsafat sudah ada lebih dari 2000 tahun, dan belum bisa (tidak akan pernah bisa) memberikan jawaban yang pasti dan mutlak, karena filsafat tidak memberikan jawaban mutlak, melainkan menawarkan alternatif cara berpikir.
            Ketika belajar filsafat, anda akan berjumpa dengan pemikiran para filsuf besar sepanjang sejarah manusia. Sebut saja nama-nama pemikir besar itu, seperti Plato, Aristoteles, Immanuel Kant, Thomas Aquinas, dan Jacques Derrida. Pemikiran mereka telah membentuk dunia, sebagaimana kita pahami sekarang ini.
Beberapa mata kuliah yang diajarkan adalah filsafat moral, filsafat ilmu pengetahuan, filsafat budaya, filsafat politik, filsafat sejarah, logika, eksistensialisme, dan sebagainya. Anda juga akan diajak memikirkan soal keadilan global, teori-teori demokrasi, dan etika biomedis. Untuk para profesional, filsafat juga amat berguna untuk memperluas wawasan berpikir.
2.      Kemampuan-kemampuan Penting
            Dengan belajar filsafat, anda akan mendapatkan beberapa ketrampilan berikut; memikirkan suatu masalah secara mendalam dan kritis, membentuk argumen dalam bentuk lisan maupun tulisan secara sistematis dan kritis, mengkomunikasikan ide secara efektif, dan mampu berpikir secara logis dalam menangani masalah-masalah kehidupan yang selalu tak terduga.
            Dengan belajar filsafat, anda akan dilatih menjadi manusia yang utuh, yakni yang mampu berpikir mendalam, rasional, komunikatif. Apapun profesi anda, kemampuan-kemampuan ini amat dibutuhkan. Di sisi lain, dengan belajar filsafat, anda juga akan memiliki pengetahuan yang luas, yang merentang lebih dari 2000 tahun sejarah manusia.
          Kemampuan berpikir logis dan abstrak, kemampuan untuk membentuk argumen secara rasional dan kritis, serta kemampuan untuk menyampaikan ide secara efektif, kritis, dan rasional, akan membuat anda mampu berkarya di berbagai bidang, mulai dari bidang informasi-komunikasi, jurnalistik, penerbitan, konsultan, pendidikan, agamawan, ataupun menjadi wirausaha.
            Para pengacara, praktisi hukum, praktisi pendidikan, pemuka agama, maupun praktisi bisnis akan mendapatkan wawasan yang amat luas, yang amat berguna untuk mengembangkan diri dan profesi mereka. Jika anda sungguh ingin mendalami filsafat, anda bisa melanjutkan studi sampai pada level master dan doktoral, dan kemudian mengajar di bidang filsafat.
3.      Kemampuan-kemampuan Khusus
            Dengan belajar filsafat, anda akan mampu melihat masalah dari berbagai sisi, berpikir kreatif, kritis, dan independen, mampu mengatur waktu dan diri, serta mampu berpikir fleksibel di dalam menata hidup yang terus berubah.
Filsafat mengajak anda untuk memahami dan mempertanyakan ide-ide tentang kehidupan, tentang nilai-nilai hidup, dan tentang pengalaman kita sebagai manusia. Berbagai konsep yang akrab dengan hidup kita, seperti tentang kebenaran, akal budi, dan keberadaan kita sebagai manusia, juga dibahas dengan kritis, rasional, serta mendalam.
            Filsafat itu bersifat terbuka. Sekali lagi, filsafat tidak memberikan jawaban mutlak yang berlaku sepanjang masa. Filsafat menggugat, mempertanyakan, dan mengubah dirinya sendiri. Ini semua sesuai dengan semangat pendidikan yang sejati.
            Filsafat mengajarkan kita untuk melakukan analisis, dan mengemukakan ide dengan jelas serta rasional. Filsafat mengajarkan kita untuk mengembangkan serta mempertahankan pendapat secara sehat, bukan dengan kekuatan otot, atau kekuatan otoritas politik semata.
            Filsafat adalah komponen penting kepemimpinan. Dengan belajar berpikir secara logis, seimbang, kritis, sistematis, dan komunikatif, anda akan menjadi seorang pemimpin ideal, yang amat dibutuhkan oleh berbagai bidang di Indonesia sekarang ini. Jadi tunggu apa lagi? Mari belajar filsafat!

Rabu, 12 Oktober 2016

Pendidikan Untuk Anak Bangsa

Edit Posted by with No comments
Pendidikan Itu Wajib dan Berpendidikan Itu Harus !

            Pendidikan wajib merupakan  hal yang harus kita dukung sepenuhnya untuk menunjang kemampuan sumber daya manusia bangsa indonesia yang akan bersaing dengan segala penjuru dunia. Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya, di Indonesia sudah ada yang namanya Wajib Belajar 12 Tahun.
            Melalui gerakan ini pemerintah mewajibkan semua pemuda – pemudi negeri ini untuk melaksanakan kewajiban diri sendiri sebagai generasi muda yaitu menuntut pendidikan minimal menamatkan SMA/SMK sederajat. Hal ini dilakukan untuk menambah kualitas sumber daya manusia yang berpendidikan dan berkualitas, dan dapat bersaing dengan negara – negara maju lainnya.
            Oleh Karena itu, pendidikan jangan hanya sebagai kegiatan yang wajib ditempuh, namun menjadi suatu kebutuhan yang mendasar untuk kita mencapai kehidupan yang baik dan tertata. Kesempatan mengenyam pendidikan harus benar – benar terwujud bagi seluruh generasi muda dinegeri ini, tanpa terkecuali mereka yang tidak mampu biaya sekolah karna keterbatasan ekonomi dan mereka yang berdaerah tertinggal, ter pencil, dan terluar.
            Para pemuda di Indonesia harus bisa menatap masa depannya yang sudah menunggu untuk dicapai, dengan bekal pendidikan yang mumpuni.
            Dengan kita memiliki pendidikan akan sangat memberikan kita manfaat dalam kehidupan, tidak salah apabila pendidikan berkontribusi penuh untuk menyiapkan generasi muda yang berkualitas.
            Namun,kenyataannya di depan mata banyak sekali hambatan untuk para generasi muda menuntut pendidikan di Indonesia. Hal ini dilatar belakangi oleh keadaan keluarga yang kurang mampu, hal ini sangat menghalangi kesempatan anak-anak kurang mampu untuk menuntut ilmu di sekolah, jikalau mereka sekolah mereka juga pasti membantu orangtuanya bekerja, lebih parahnya lagi jika mereka lebih memilih kerja ketimbang sekolah karena bagi mereka tidk perlu sekolah asalkan mendapat uang untuk menyambung hidup.
            Dalam peraturan pemerintah yang memberikan perintah Wajib Belajar 12 tahun  sudah disediakan dana agar siswa tidak dikenakan biaya sama sekali, tapi apa yang terjadi sekarang ? masih adanya pungutan – pungutan yang dilakukan sekolah untuk menutupi alokasi dana yang dibutuhkan sekolah karena kurangnya dana yang dibutuhkan, sedangkan kebutahan dalam segala aspek dan fasilitas penunjang sistem pembelajaran sangat berpengaruh demi kelancaran belajar yag efektif.
            Oleh sebab itu banyak sekali orangtua siswa yang tidak mampu membiayai anak sekolah, contohnya untuk biaya buku dan alat bantu belajar lainnya, lain halnya dengan mereka yang latar belakangnya merupakan keluarga yang mampu, hal ini sangat membantu mereka dalam memilih sekolah mana yang mereka anggap terbaik bagi pendidikan yang akan mereka jalani. Karena kebanyakan orangtua selalu mengandalkan uang untuk memilih sekolah yang terbaik untuk anaknya, agar anak mereka medapatkan ilmu yang baik, fasilitas yang terpenuhi, dan kualitas lulusan yang bisa dipertimbangkan. Tapi bagaimana dengan orangtua yang ingin anaknya seperti itu juga, sedangkan mereka tidak memiliki biaya yang bisa membeli pendidikan yang bagus.   
            Hal ini perlu menjadi sorotan pemerintah untuk memperbaiki sistem pendidikan yang terjadi di Indonesia. Betapa pentingnya pendidikan itu untuk kita para generasi muda. Karena Bangsa yang berkualitas perlu generasi yang berpendidikan. Hal ini sangat perlu campur tangan pemerintah untuk kelangsungan program wajib belajar 12 tahun, bagaimana agar anak- anak yang krang mampu bisa mendapatkan hak nya mendapat pendidikan yang seharusnya mereka dapatkan.

            Semoga dari tahun ke tahun sistem pendidikan di Indonesia lebih baik lagi, sehingga tingkat pemuda yang menjalankan wajib belajar 12 tahun lebih banyak, dan program pemerintah tentang pendidikan dapat dicapai se-maksimal mungkin. 

Selasa, 11 Oktober 2016

Pendidikan Karakter dalam Keluarga

Edit Posted by with No comments
Keluarga dalam Penerapan Pendidikan Karakter

            Anak adalah pusat pendidikan dan pembelajaran dalam keluarga. Pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anak hendaknya berorientasi pada kebutuhan anak sebagai makhluk biopsikososialreligius serta menggunakan cara-cara yang sesuai dengan perkembangan anak, baik perkembangan fisik-biologisnya, perkembangan psikisnya, perkembangan sosial serta perkembangan religiusitasnya.
            Dalam perkembangannya, anak-anak, khususnya yang telah mencapai usia remaja, telah mempunyai sikap tertentu, pengetahuan tertentu, dan ketrampilan tertentu. Remaja bukan seperti gelas kosong yang dengan mudah dapat diisikan sesuatu. Dengan demikian diperlukan pendekatan yang berbeda dalam pendidikan bagi remaja. Pendidikan bagi remaja hendaknya mengacu pada prinsip pendidikan orang dewasa. Belajar Pengalaman dalam Keluarga
            Salah satu metode pembelajaran yang efektif untuk pembelajaran dalam keluarga adalah metode belajar pengalaman. memiliki manfaat sangat besar dalam pendidikan orang dewasa yang bertujuan meningkatkan ketrampilan dalam hubungan antar manusia, perubahan perilaku, dan kerja sama dalam organisasi. Belajar dari pengalaman buatan  ini dianggap efektif apabila peserta didik menjalani proses menurut lingkaran yang disebut The Experiential Learning Cycle. Proses belajar yang didasarkan atas pengalaman terjadi menurut suatu pola yang bermula dari sebuah pengalaman, lalu berlanjut pada perenungan dan analisa mengenai makna pengalaman itu dan mengenai kelanjutannya. Dalam experiential learning, pengalaman diciptakan dalam suatu situasi belajar. Melalui pengalaman ini akan memberi orang pelajaran dan bahwa belajar dari pengalaman atau arti suatu pengalaman bergantung dari pengolahan oleh orang yang mengalami itu sendiri. Melalui proses pembelajaran yang difasiltasi oleh fasilitator pembelajaran yang profesional , orang itu akan menemukan sendiri pelajaran yang dapat ditarik dari pengalamannya .
            Melalui model ini individu dapat belajar secara utuh, yaitu melibatkan aspek kognisi, afeksi, dan konasi. Model belajar pengalaman ini perlu dipertimbangkan sebagai model pembelajran non-tradisional. Hal ini mengingat kenyataan yang ada saat ini bahwa pembelajaran diasosikan dengan konsep sekolah, di ruang kelas, dosen/guru memberikan informasi dengan ceramah saja. Pembelajaran menjadi bersifa didaktis (bersifat instruktif, bergantung pada guru/dosen,  mencapai target kurikulum yang telah ditetapkan), sehingga kesempatan individu untuk berkembang sesuai dengan potensi masing-masing kurang dapat teraktualisasi.
            Melalui model belajar pengalaman individu dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya karena model belajar pengalaman bersifat aktif,self-directed, dan meliputi aspek kognisi, afeksi, dan konasi. Melalui model belajar pengalaman, selain dapat meningkatkan kualitas memori, juga tepat untuk mengajarkan suatu ketrampilan, misalnya mengajarkan ketrampilan untuk mendengarkan dengan penuh empati, ketrampilan konseling, ketrampilan menggunakan komputer, ketrampiulan menyelesaikan masalah secara efektif, dsb.
            Belajar pengalaman dalam keluarga dapat diterapkan bagi semua anggota keluarga melalui kehidupan sehari-hari. Misalnya untuk memberikan kemampuan berdisiplin dan bertanggung jawab, anggota keluarga dapat memilih sendiri pekerjaan rumah tangga yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Dalam pelaksanaan tugas tersebut anggota keluarga memonitor sendiri pelaksanaannya serta mendapatkan umpan balik dari anggota keluarga yang lain. Misalnya, kakak memilih untuk tugas menyiram pot bunga maka ibu, bapak, dan adik dapat memberikan umpan balik atas kinerja kakak. Demikian juga untuk penanaman kebiasaan baik, misalnya: kejujuran, kerja keras, suka menolong, dilakukan melalui keteladan nyata dan umpan balik bersama seluruh anggota kelurga.
            Peran orang tua dalam pendidikan karakter adalah sebagai fasilitator. Orang tua bertugas merancang, melaksanakan, memonitor, dan mengevaluasi hasil pendidikan karakter bagi seluruh anggota keluarga secara berkesinbambungan.


Pendidikan dan Uang

Edit Posted by with No comments
Sekolah? Buat Apa...?

            Inilah yang menjadi fenomena “negatif” yang menjadi topik tren di masyarakat tentang banyaknya pengangguran yang terdidik.Banyak sekali ungkapan-ungkapan “negatif” tentang belajar, misalnya “Ah, ngapain sekolah nanti juga jadi pengangguran”.“Sekolah tinggi-tinggi kok cuman jadi pedagang kaos”. “sekolah tinggi-tinggi nanti juga akhirnya ke dapur juga”.
            Pendidikan bukanlah sarana untuk menjadi orang kaya dengan harta. Pendidikan adalah sebuah proses yang mengajak manusia agar ia dapat berfikir, dan dapat menemukan kebenaran yang seungguhnya. Pendidikan adalah proses mencari kebenaran. Pendidikan bukanlah sarana mencari kesalahan. Pendidikan memiliki manfaat tentang terbentuknya manusia yang mau berfikir. Sayangnya, anak-anak zaman sekarang yang hidup di era serba instan ini ketika menilai bahwa pendidikan (dalam konteks persekolahan) adalah sarana untuk mencari uang sebanyak-banyaknya. Banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya ke sekolah-sekolah yang mahal hanya karena agar anak mereka memiliki jabatan yang tinggi. Banyak remaja-remaja yang memiliki kriteria ideal yaitu kalau mereka hidup dengan uang banyak, mobil mewah, dan atau rumah mewah.

            Mungkin kita sudah lupa dengan hadist tentang manfaat ilmu:
            ”Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu”. (HR. Turmudzi)
            Memang sekolah tidak akan membuat kita kaya raya. Akan tetapi, dengan kita sekolah kita akan menjadi pribadi yang berpendidikan. Dengan belajar di sekolah (baik formal maupun non formal) kita akan banyak menemukan pengalaman serta inovasi-inovasi baru untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia khususnya diri sendiri. Setelah menemukan solusi, kita bisa berbagi solusi tersebut kepada banyak orang khususnya masyarakat atau lingkungan sekitar. Kemudian secara tidak langsung kita akan membantu masyarakat, apakah melalui ide kita, karya kita, atau keterampilan yang telah kita kuasai.

Belajar dan mengajar
            Kita tahu bahwa belajar tidak hanya pada bangku sekolah formal. Dalam pendidikan non formal (seperti keagamaan, keterampilan, dll) kita juga bisa belajar. Belajar dimana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Kemudian, setelah kita belajar, kita juga punya hal lain yang tidak kalah dengan belajar, yaitu “mengajar”.
            Semua manusia terlahir dengan dua kecenderungan. Kecenderungan untuk belajar (mencari kebenaran/ rasa ingin tahu) dan kecenderungan untuk memberikan pengetahuan yang ia dapat. Seperti yang kita tahu tentang belajar dan mengajar, kita tahu tentang sebuah aktivitas-aktivitas antarindividu satu lain dan individu lain dalam sebuah kegiatan yang saling mengisi satu sama lain. Mengapa ?
Kita bisa lihat hadits berikut ini:
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)
            Selain dengan hadits, kita juga bisa menggunakan dengan analogi sederhana tentang hal ini. Proses belajar dan mengajar ini ibarat lilin yang saling menyulutkan api dari lilin satu ke lilin yang lainnya. Misalnya, dalam sebuah ruangan gelap ada 5 lilin. Lilin pertama kita namakan A, lilin kedua kita namakan B, lilin ketiga kita namakan C, keempat D, kelima E. Pada suatu waktu, lilin A telah dinyalakan. Setelah lilin A dinyalakan, lilin tersebut menerangi kegelapan, tetapi keadaan masih gelap. Kemudian lilin A menyulutkan api kelilin B, lilin B menyulutkan api ke C, C menyulutkan api ke D, dan hingga ke lilin E. Setelah semua lilin menyala, ruangan menjadi sangat terang. Cerita tentang lilin tersebut ibarat keadaan kita yang saling belajar dan mengajar satu sama lain. Jika kita hanya menjadi pembelajar saja, kita tak bisa menjadi agen perubahan dalam lingkungan.
            Maka dari itu, dibutuhkannya aktivitas learn & teach agar dapat saling mengingatkan satu sama lain untuk kemajuan.
            Belajar saja tidak cukup, tapi juga perlu mengajarkan karena dengan mengajarkan itu kita mendapat 2 ilmu. Mengapa? Jika kita belajar kita hanya mendapat satu ilmu, dan jika kita mengajarkan kita mendapat dua bahkan lebih ilmu yang tidak terduga.
            Belajar dan mengajar adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. belajar dan mengajar bisa dilakukan oleh siapapun, dimanapun, dan dengan siapa pun. Tidak ada yang namanya BISA dan TIDAK BISA, yang ada hanyalah MAU dan TIDAK MAU.

Perlunya Budaya Antri

Edit Posted by with No comments


Masih Males Ngantri ? Bebek Aja Antri Loh....
           


            Sebagai orang Indonesia saya tidak terlalu khawatir jika anak – anak tidak pandai Matematika” namun jauh lebih khawatir jika mereka tidak pandai mengantri.

      Karena biasanya hanya sebagian kecil saja dari murid-murid dalam satu kelas yang kelak akan memilih profesi di bidang yang berhubungan dengan Matematika. Sementara SEMUA MURID DALAM SATU KELAS ini pasti akan membutuhkan Etika Moral dan Pelajaran Berharga dari mengantri di sepanjang hidup mereka kelak :
1.      Anak belajar manajemen waktu jika ingin mengantri paling depan datang lebih awal dan persiapan lebih awal.
2.     Anak belajar bersabar menunggu gilirannya tiba terutama jika ia di antrian paling belakang.
3.     Anak belajar menghormati hak orang lain, yang datang lebih awal dapat giliran lebih awal dan tidak saling serobot merasa diri penting.
4.     Anak belajar berdisiplin dan tidak menyerobot hak orang lain.
5.     Anak belajar kreatif untuk memikirkan kegiatan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi kebosanan saat mengantri. (di Jepang biasanya orang akan membaca buku saat mengantri).
6.     Anak bisa belajar bersosialisasi menyapa dan mengobrol dengan orang lain di antrian.
7.     Anak belajar tabah dan sabar menjalani proses dalam mencapai tujuannya.
8.     Anak belajar hukum sebab akibat, bahwa jika datang terlambat harus menerima konsekuensinya di antrian belakang.
9.     Anak belajar disiplin, teratur dan kerapihan.
10.Anak belajar memiliki RASA MALU, jika ia menyerobot antrian dan hak orang lain.
11. Anak belajar bekerjasama dengan orang2 yang ada di dekatnya jika sementara mengantri ia harus keluar antrian sebentar untuk ke kamar kecil.
12.  Anak belajar jujur pada diri sendiri dan pada orang lain.


Terimakasih... Semoga Bermanfaat dan Menjadi Pelajaran Untuk Kita Semua
J