Siapakah aku ?
Anda
mungkin sering mendengar tentang pentingnya pemahaman akan diri sendiri. Siapa
pun memang harus mengenal dirinya sendiri. Namun, pemahaman diri tersebut tidak
bisa dicapai dengan mudah. Secara terus-menerus kita harus menggali siapa diri
kita, secara mendalam.
Jika
hanya sekedar menjawab pertanyaan tentang identitas diri, tempat dan tanggal
lahir, alamat, pekerjaan dan sejenisnya, kita mungkin tidak akan mengalami
kesulitan. Namun, sebenarnya pahamkah kita terhadap diri kita sendiri? Siapakah
kita sebenarnya? Untuk apa kita lahir dan hidup? Seperti apakah kehidupan kita
nanti? Dan sebagainya. Menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan mendalam
tidaklah semudah yang dibayangkan.
Siapakah aku ini?
Jika
anda ditanya, "siapakah anda?", tentu akan ada beraneka jawaban dari
setiap orang. Untuk membantu menjawab pertanyaan itu, sedikitnya ada etap sudut
pandang yang dapat dijadikan landasan.
Dari
sudut pandang spiritual setidaknya jawaban yang mungkin adalah sebagai berikut.
1.
Aku adalah
makhluk ciptaan Allah yang disebut manusia.
2.
Aku diciptakan
Allah sebagai tanda terbesar atas kuasa-Nya di muka bumi.
3.
Aku adalah
manusia yang diberi tanggung jawab oleh Allah untuk menjaga, mengolah dunia
sehingga berkembang dan berarti bagi kehidupan seluruh makhluk ciptaan Allah.
4.
Berdasarkan
agamamu mungkin bisa diberi jawaban.
Sebenarnya
ada cukup banyak sudut pandang lain, yang dapat menambah jawaban pertanyaan
tentang "siapa diri kita", seperti halnya sudut pandang hukum,
ekonomi, atau hak manusia.
Secara
singkat dapat diuraikan bahwa hal-hal yang harus dapat kita kenali dari diri
kita adalah sebagai berikut:
ü Sifat - sifat dan karakter
Setiap
orang pasti membawa sifat-sifat dan karakternya sendiri-sendiri, setiap orang
walaupun bisa saja ada kemiripan tapi tidak pernah ada yang sama persis dalam
hal ini.
Menurut
saya sebenarnya sifat-sifat dan karakter dalam diri seseorang ini tidak ada
batasan"baik-buruknya" karena bagaikan "rasa
dan aroma dalam setiap masakan saja", hanya saja kalau banyak orang
yang dapat menerima dan menyenangi maka dianggap "baik"sedangkan
kalau banyak orang tidak dapat menerima dan tidak suka maka dinilai "tidak
baik". Tentu pada akhirnya mau tidak mau harus "ada
penilaian", yang mana sebagai kaum Siu Tao kitapun tidak bisa
terlepas dan sudah sewajarnya berusaha mengejar nilai-nilai berlaku yang baik.
ü Hasrat dan keinginan
Setiap
orang pasti memiliki hasrat dan keinginannya masing-masing, yang biasanya
adalah merupakan refleksi dari sebuah bentuk ideal / cita-cita yang awalnya
bersumber dari ego. Dalam bentuk yang paling sederhana dan murni bisa
disimpulkan bahwa ego semua manusia itu pada dasarnya adalah "baik" karena
secara alamiah bersumber dari "survival spirit" (naluri
mempertahankan hidup). Sehingga setiap manusia selalu bermotivasi untuk
mempertahankan hidupnya serta terus mengembangkan hidup ke kondisi yang semakin
baik dan jauh dari resiko - resiko kesusahan baik secara fisik maupun mental.
Nah,
karena begitu kompleknya keadaan yang ada maka akhirnya latar belakang dan
kesempatan yang ada pada seseorang akan berbeda dengan orang lainnya. Hal ini
pulalah yang kemudian harus bisa juga dipahami dan disadari sehingga kita bisa
benar-benar menyatu dengan hasrat dan keinginan kita sesuai kealamiahannya
masing-masing (hasrat dan keinginan ini saya anggap sebagai suatu daya
pendorong gerak yang sangat murni dan tulus). Tetapi tentunya keadaan sosial
tetap harus dijadikan rambu-rambu keseimbangan geraknya
ü Kemampuan
Penguasaan
terhadap suatu hal yang merupakan ciri khas seseorang yang dimiliki dan didapat
secara dan dalam kealamiahannya masing - masing, haruslah terus digali dan
dikembangkan serta dipergunakan secara positif demi kepentingan kebaikan yang
semakin luas semakin baik. Dalam hal ini yang namanya kemampuan itu, normalnya
memang akan selalu terasa kurang bagi semuanya, karena adanya kondisi
persaingan yang semakin mengetat.
Oleh
karena itu jika bisa mengenal kemampuan diri maka secara lebih gampang pula
kita dapat terus mengembangkannya sehingga mencapai suatu level yang relatif
tinggi. Biasanya kemampuan seseorang itu berupa wawasan, pengetahuan,
kepandaian dan keahlian, yang merupakan hasil dari perpaduan antara intelegensi
dan emosi melalui proses belajar (baik sekolah maupun otodidak) serta
pengalaman-pengalaman sepanjang hidupnya.
Dari
sini, maka kita dapat disimpulkan bahwa "belajar" dan "berlatih" adalah
dua hal pokok yang sangat berperan dalam usaha meningkatkan kemampuan diri.
ü Ketidakmampuan & keterbatasan
Diluar
kemampuan yang ada, maka adalah hal yang alami pula bahwa setiap insan didunia
ini selalu diliputi juga oleh ketidakmampuan dan keterbatasan (sengaja penulis
tidak menggunakan kata "kelemahan" untuk memberikan nuansa
optimisme).
Adapun
merupakan hal yang juga tidak kalah pentingnya dalam proses pengenalan diri
kita masing-masing untuk justru lebih mengenal ketidakmampuan dan keterbatasan
yang ada dengan motif untuk memperbaiki dan merubahnya sebisa mungkin sehingga
menjadi faktor yang bahkan dapat diandalkan. Dalam masalah ini memang kemauan
dan usaha keras secara konsisten mutlak diperlukan , karena biasanya untuk
dapat bisa "mengakui"bahwa kita mempunyai ketidakmampuan
dan keterbatasan saja sudah sangat sulit (karena harus melawan ego dan kesombongan
kita) apalagi untuk merubahnya.
Modal
dasar utama yang diperlukan untuk mengatasi hal ini adalah kejujuran dan
keterbukaan. Akan tetapi dilain sisi, jangan pula kita sampai terjerumus dan
terseret arus pola berpikir pesimis yang akhirnya justru membesar-besarkan
faktor ketidakmampuan dan keterbatasan yang ada menjadi senjata dan alasan
untuk meng "cover" semua hal dalam kehidupan ini
yang memang sulit dan berat bagi siapapun.
ü Latar belakang
Latar
belakang bisa dianggap sebagai akar dari semua perkembangan yang timbul dan ada
sekarang ini bagi siapapun juga. Walau kita pada akhirnya memang tidak perlu
mempermasalahkan tapi bisa memahami latar belakang dari diri kita sedikit
banyak dapat berguna untuk mengetahui siapa dan bagaimana diri kita yang
sesungguhnya.
Oleh
karena itu pula dalam metode-metode pengembangan kepribadian yang paling modern
sekalipun, pemanfaatan latar belakang diri seseorang sebagai alat refleksi diri
untuk membangkitkan pemicu semangat kearah yang lebih efektif masih sangat
ampuh dan bermanfaat.