Sabtu, 31 Desember 2016

Macam - macam Kesenian Tradisional khas Purworejo

Edit Posted by with No comments


Macam - macam Kesenian Tradisional khas Purworejo
Kesenian Cekok Mondhol merupakan kesenian tradisional kerakyatan yang bernunansa keagamaan Islam. Kesenian ini tumbuh dan berkembang di Desa Ngasinan, Kecamatan Bener. Kesenian ini berawal dari ide sekelompok pemuda desa dalam  komunitas pengajian untuk membentuk grup kesenian yang bisa dijadikan hiburan sekaligus tuntunan. Gerak, lagu dan syairnya serta musik iringannya hasil adaptasi dari kesenian yang ada di daerah Magelang yaitu Kubro Siswo yang kemudian dimodifikasi dengan hasil kreativitas para pemuda setempat, dipelopori oleh pemuda yang bernama Purwadi sekitar tahun 1970-an.
1.      Kesenian Cepetan
Kesenian Cepetan merupakan jenis kesenian yang terlahir di Desa Kedungkamal, Kecamatan Grabag yang terinspirasi dari seorang pemuda yang bernama Tujan. Pada saat itu Kepala Desa Kedungkamal dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1959 berkeinginan untuk partisipasi dalam pawai budaya tingkat kecamatan. Keinginan tersebut disampaikan kepada seorang pemuda yang bernama Tujan yang notabene sudah berpengalaman menjadi penari kuda kepang. Maka pada saat itu, Tujan menyampaikan ide membentuk group kesenian yang diberi nama Cepetan.


Kesenian Cing Poo Ling menggambarkan prajurit yang sedang latihan perang. Tema ini tetap bertahan sampai sekarang. Kesenian Cing Poo Ling merupakan kesenian tradisional sejenis atau reogan mengalami perkembangan sebagai tari perang dan bertemakan tentang kepahlawanan. Biasanya yang diambil dalam kesenian jathilan, reog maupun sejenisnya adalah cerita panji, namun kesenian Cing Poo Ling di Desa Kesawen, Kec. Pituruh memiliki ciri khas yaitu tentang keprajuritan sebagai pengawal.
3.      Kesenian Tari Dolalak
Tari Dolalak merupakan kesenian khas Purworejo yang paling populer. Asal mula kesenian dolalak adalah akulturasi budaya barat (Belanda) dengan timur (Jawa). Asal kata Dolalak adalah dari Not Do dan La (bukan nada C dan G)  karena tarian ini diiringi hanya dengan alat musik dua nada. Tari ndolalak lahir pada zaman penjajahan Belanda. Ketika itu Purworejo dijadikan pusat latihan militer. Konon pada waktu luang para prajurit Belanda berbaur dengan warga untuk menari dalam bentuk baris berpasangan, diiringi nyanyian bersyair pantun sindiran. Seiring perkembangan zaman dan teknologi, tarian Dolalak sekarang sudah diringi dengan musik modern, yaitu keyboard. Lagu-lagu yang dimainkan pun bervariasi dan beragam. Penari Dolalak hanya dilakukan oleh para wanita, berseragam hitam dengan aksesoris yang gemerlapan juga ada aksesoris yang khas yaitu kacamata hitam. Penari-penari Dolalak bisa mengalami trance, yaitu suatu kondisi mereka tidak sadar karena sudah begitu larut dalam tarian dan musik. Tingkah mereka bisa aneh-aneh dan lucu. Tarian Dolalak saat ini sudah berkembang pesat bahkan sudah menjadi brand image Kabupaten Purworejo.
4.      Jidur
Tarian tradisional ini diiringi musik perkusi tradisional seperti: bedug, rebana, dan kendang. Satu kelompok penari terdiri dari 12 orang penari, dimana satu kelompok terdiri dari satu jenis gender saja (seluruhnya pria, atau seluruhnya wanita).


Riwayat singkat Kesenian Incling ini sebenarnya bersumber dari sebuah cerita yang terdapat di Jawa Timur dan khususnya Karesidenan Madiun yang berpusat di Ponorogo.
6.      Kesenian Soyar Maole
Kesenian kentrung rebana SOYAR MAOLE saat ini sebarannya meliputi beberapa dusun di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing. Menurut riwayat tidak tertulis dari para pendahulu/leluhur Desa Kaligono, kesenian Kentrung Rebana Soyar Maole sudah ada sejak tahun 1907, yang kemudian secara tradisi diteruskan oleh generasi ke generasi walaupun mengalami pasang surut, masih tetap bertahan sampai sekarang.
7.      Jolenan
Jolenan adalah sebuah nama upacara merti desa Keba Palawija yang menggunakan media jolen sebagai wadah atau tempat meletakkannya tumpeng dan ayam panggang. Jolen itu sendiri semacam keranjang dengan alas atau dasar empat persegi dan diberi tutup berbentuk piramida. Ledre dan Binggel diikat dan digantungkan pada ujung sebilah bambu, ditancapkan di sekeliling jolen yang menghiasi. Mengandung maksud merupakan perwujudan /gambaran bahwa daerah pegunungan Somongari kaya akan hasil bumi, baik dari hutannya maupun lain-lainnya
8.      Petik Tirta
“Pethik Tirta” merupakan upacara selamatan desa (merti desa) yang dijadikan tradisi di Desa Jenar Lor, Kecamatan Purwodadi. Istilah “Pethik Tirta” berasal dari kata “Pethik”  yang berarti mengambil dan “Tirta” yang berarti air. Secara etimologis, Pethik Tirta berarti upacara mengambil air (yang dilakukan di Sumur Talang, suatu sumur beji / tua yang terletak di Dusun Talang Bagus, Desa Jenar Lor, Kecamatan Purwodadi) yang dipercaya membawa berkah. Asal-usul upacara ini berkaitan erat dengan keberadaan Bulak (kawasan pertanian yang sangat luas) yang meliputi wilayah Desa Jenar Lor, Jenar Kidul, Walikoro, Sruwoh, Singkil, Wingko, Pundensari, Jenar Wetan. Saat ini Bulak tersebut dikenal dengan sebutan Bulak Kethip.


 

Gotong Royong Falsafah Bangsa yang Terlupakan

Edit Posted by with No comments


Gotong Royong Falsafah Bangsa yang Terlupakan
          Kata  gotong  royong  semakin  jarang  dan  asing  kita  dengarkan  di  telinga  kita  saat  ini.  Jika  disebutkan  kata  gotong  royong,  maka  secara  refleks  kita  akan  membayangkan  dan  memikirkan  kerja  bakti  bersama  warga  di  suatu  kelurahan  membersihkan  selokan  dan  jalan  raya.  Atau  kegiatan  kerjasama  warga  di  suatu  desa  terpencil  dalam  membuat,  memelihara  dan  merawat  sarana  publik,  seperti  irigasi,  rumah  ibadah,  balai  desa  dan  lainnya.
            Manusia  modern  seakan  tidak  memiliki  kesempatan  meluangkan  waktunya  untuk  bersosialisasi  dengan  manusia  lain  yang  ada  disekitarnya.  Kebutuhan  hidup  menuntutnya  untuk  tetap  terus  bekerja  mencari  uang.  Bahkan  untuk  hal  -  hal  yang   sesungguhanya  mudah  diselesaikan  apabila  dikerjakan  dengan  gotong  royong  seperti  resepsi  pernikahan,  manusia  modern  sebaliknya  membayar  panitia  resepsi  untuk  mengerjakan  dan  menyediakan  kebutuhan  resepsi  tersebut.  Dengan  alasan  mereka  tidak  mampu  mengerjakan  semua  pekerjaan  itu,  sedang  pekerjaan  mereka  tidak  bisa  ditinggalkan.  Berbeda  halnya  jika  resepsi  tersebut  dilaksanakan  di  sebuah  desa  terpencil,  warga  desa  bahu  -  membahu  membantu  menyelenggarakan  resepsi  pernikahan  tersebut  tanpa  pamrih.
            Akibat  dari  modernisasi  dan  westernisasi  kita  melupakan  falsafah  bangsa  yang  sangat  luhur  yaitu  gotong  royong.  Falsafah  gotong  royong  tersebut  sesungguhnya  telah  menjadi  jati  diri  bangsa  yang  telah  ada  sejak  zaman  Hindu  -  Budha.  Keunikan  bangsa  ini  sejatinya  telah  dikenal  dunia  internasional  sebagai  ciri  khas  yang  telah  membudaya  pada  diri  bangsa  Indonesia.  Seperti  disebutkan  Presiden  Obama saat  mengenang  kisahnya  tinggal  di  Indonesia,  gotong  royong  merupakan  budaya  Indonesia  dan  tidak  terdapat  di  tempat  lain  termasuk  di  Amerika  Serikat.  Beliau  sangat  mengagumi  nilai  kebersamaan  dan  kekeluargaan  dari  gotong  royong  dan  memimpikan  agar  suatu  saat  Amerika  memiliki  budaya  gotong  royong  juga.  Mengingat  individualisme  di  Amerika  sangat  tinggi,  sedangkan  rasa  solidaritas  mereka  sangat  rendah. 
            Sungguh  ironis  kita  bangsa  Indonesia  selaku  pemilik  falsafah  gotong  royong  terkesan  tidak  peduli  dan  tidak  melestarikan  falsafah  gotong  royong   tersebut.  Bukan  tidak  mungkin  jika  rasa  kepedulian  kita  terhadap  falsafah  bangsa  tersebut  rendah,  maka  falsafah  tersebut  akan  punah.  Banyak  sudah  contoh  sejarah  tercatat  mengenai  budaya  bangsa  yang  punah  akibat  rasa  kepedulian  bangsa  yang  rendah.  Sebagai  contoh  aksara  Arab  -  Melayu  merupakan  budaya  Indonesia  yang  unik  dan  akhirnya  punah  terganti  dengan  aksara  Romawi  sekarang.  Sungguh  berbeda  halnya  dengan  Thailand  yang  masih  menjaga  warisan  budaya  leluhur  mereka  berupa  aksara  Palawa  Thai  yang  justru  saat  ini  digunakan  sebagai  aksara  nasional  Thailand.        

Prof. Soepomo  dan  Presiden  Soekarno  Mengingatkan  Kembali
            Mengingat  kembali  perjalanan  kemerdekaan  bangsa  Indonesia  tahun  1945.  Jauh  sebelum  proklamasi  berkumandang  di  Pegangsaan  Timur,  Soekarno  dan  beberapa  pejuang  lainnya  telah  memikirkan  falsafah  dasar  negara  yang  akan  dibentuk  ini.  Begitu  pentingnya  falsafah  dasar  negara  tersebut  sehingga  dijadikan  agenda  utama  dalam  rapat  pertama  BPUPKI  yang  harus  dipecahkan  dan  diselsesaikan.
            Tidak  banyak  pejuang  yang  memiliki  wawasan  luas  mengenai  falsafah  gotong  royong  sebagai  warisan  budaya  Indonesia  sejak  zaman  Hindu  -  Budha.  Mereka  yang  mengetahui  adalah  Prof. Soepomo  dan  presiden  Soekarno.  Didahului  oleh  pendapat  Prof. Soepomo  dalam  rapat  BPUPKI  tanggal  31  Mei  1945  yang  menyebutkan  bahwa  negara  seharusnya  dipimpin  oleh  pemimpin  yang  senantiasa  menyatu  dengan  rakyat  dengan  semangat  kekeluargaan  dan  gotong  royong.  Menurutnya  negara  tidak  milik  satu  orang,  tetapi  milik  semua  rakyat.  Untuk  itu  seluruh  rakyat  harus  bersatu  dalam  membangun  suatu  negara  demi  kesejahteraan  rakyat.
            Kemudian  dilanjutkan  oleh  presiden  Soekarno  pada  rapat  BPUPKI  1  Juni  1945.  Adapun  pendapat  beliau  adalah  Indonesia  memiliki  5  falsafah  dasar  negara,  antara  lain;  Kebangsaan  Indonesia,  Internasionalisnisme,  Permusyawaratan  mufakat,  Kesejahteraan  sosial  dan  KeTuhanan.  Lalu  presiden  Soekarno  menyimpulkan  kelima  falsafah  tersebut  ke  dalam  satu  wadah  yaitu  gotong  royong.  Negara  dalam  pemikiran  presiden  Soekarno  adalah  negara  gotong  royong,  yaitu  negara  yang  berusaha,  beramal,  bekerja  dan  berkarya  bersama-sama.  Membanting  tulang,  memeras  keringat,  berjuang  bantu-membantu  bersama-sama  dan  hasilnya  semua  untuk  kepentingan  bersama.
            Jelaslah  bahwa  inti  dari  falsafah  gotong  royong  yang  kembali  diingtkan  Prof. Soepomo  dan  presiden  Soekarno  adalah  kerja  sama  sesama  rakyat  demi  mencapai  satu  tujuan.  Dengan  tercapainya  tujuan  tersebut  diharapkan  semua  rakyat  merasakan  hasilnya  bersama  -  bersama.  Bukankah  sesuatu  apabila  dikerjakan  secara  bersama  akan  terselesaikan  lebih  mudah  dari  pada  dikerjakan  dengan  sendiri?
Seharusnya  kita  menyadari  bangsa  ini  sudah  terlalu  jauh  tercerai  -  berai.  Akibatnya  kita  sulit  mencapai  tujuan  yang  diinginkan,  karena  hanya  sedikit  orang  yang  berjuang  mencapai  tujuan  tersebut.  Sedangkan  orang  lain,  sibuk  dengan  tujuannya  yang  lain.  Tidakkah  kita  bisa  mengambil  hikmah  pelajaran  dari  negara  sahabat  Vietnam  yang  tercerai-berai  berpuluh-puluh  tahun.  Namun  setelah  mereka  berhasil  bersatu  dan  bekerja  sama  dalam  menggapai  tujuan.  Kini  mereka  mampu  melampaui  pencapaian  Indonesia  khususnya  di  bidang  pendidikan. 

Ekspektasi dan Harapan

Edit Posted by with No comments


Ekspektasi dan harapan

Siapa saja boleh memilih untuk hidup menurut keinginannya, tidak ada yang melarang. Ego dan percaya diri bahwa kebebasan mampu membuat setiap orang bahagia, boleh saja dijadikan pegangan. Namun harus diakui, kadang cita dan keinginan harus kandas karna sebuah harapan yang terlalu dipaksakan.
Seperti kata Shakespeare, "Expectation is the root of all heartache". Harapan adalah akar dari semua sakit hati. Apakah memang demikian?
 Dalam bahasa inggris, kita dapat menerjemahkan harapan dari kata Hope dan expectation. Kedua kata ini kelihatannya sama, namun dalam pemahamannya adalah berbeda.
Hope dan expectation adalah dua kata yang sering membuat kita bingung karena kesamaan dalam konotasinya. Sebenarnya ada beberapa perbedaan antara kedua kata atau istilah tersebut.
Expectations sering dicirikan untuk sebuah keinginan yang tidak terpenuhi. Di sisi lain hope bukan tentang keinginan yang terpenuhi. Hope selalu mengenai sesuatu yang mungkin terjadi. Sedangkan Expectations lebih luas bahkan sebagian besar mengenai sesuatu yang tidak mungkin terjadi (sulit terjadi). Pemahaman ini paling tidak menurut ukuran kondisi seseorang pada saat ini terhadap sesuatu yang diinginkan dapat terjadi di masa depan. Ini adalah salah satu perbedaan utama dari keduanya.
 Hope adalah semua tentang imajinasi yang sangat mungkin terjadi sedangkan expectation sering menyangkut imajinasi yang berlebihan dan sulit terjadi. Expectations membuat anda seolah-olah dapat mengendalikan hidup anda karena gairah dan obsesi, sementara hope adalah chance (kesempatan) atau probabilitas dimana anda cenderung pasrah.
Expectation adalah pola pikir yang jauh lebih aktif bila dibandingkan dengan hope. Hal ini karena fakta menunjukan bahwa ketika anda berharap (hope) akan sesuatu, anda kadang lebih berserah diri pada takdir (destiny). Sedangkan dalam kasus Expectation, anda mengupayakan segala upaya untuk menggapai atau merealisasikannya.
 Pemikir berkeyakinan bahwa expectation kadang-kadang dapat disamakan dengan keadaan "berharap-harap cemas". Perbedaan penting lainnya antara hope dan expectation adalah bahwa expectation mungkin tidak realistis. Di sisi lain hope selalu tentang sesuatu yang realistis. Dalam pengertian ini terkadang Expectation seolah-olah merupakan wujud dari Fantasy atau Illusion. Expectation sering membawa kejutan., sedangkan Hope tidak selalu membawa kejutan. Hal ini karena Hope melihat suatu kenyataan dan berharap sesuatu darinya. Di sisi lain karena tidak adanya realitas dalam expectation, sering berakhir pada sebuah keheranan atau kejutan.
Hasil dair expectation sering membuat kekecewaan sedangkan hope tidak selalu mengakibatkan kekecewaan. Pikiran anda berada dalam keadaan atau kesiapan dalam hal hope. Di sisi lain pikiran anda tidak dalam keadaan siap untuk menerima kenyataan dalam hal expectation. Sehingga dengan demikian, apa yang dikatakan oleh Shakespeare, "Expectation is the root of all heartache", setidaknya dapat dipahami dengan jelas. Oleh karenanya, kita juga dapat menggunakan kata Expectation sebagai ekspektasi sedangkan Hope adalah harapan yang selama ini kita maksudkan untuk menunjukan harapan dalam pengertian sebenarnya.




Persoalan Imanuel Kant

Edit Posted by with No comments
 Persoalan Imanuel Kant

Menurut Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ), Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan. Yaitu:
1)  What can I Know ? (Apakah yang dapat saya ketahui) Epistemologi
Pemikiran Immanuel Kant tantang Pengatahuan. Menurut Kant, pengetahuan yang mutlak sebenarnya memang tidak akan ada bila seluruh pengetahuan datang melalui indera. Akan tetapi bila pengetahuan itu datang dari luar melalui akal murni, yang tidak bergantung pada pengalaman, bahkan tidak bergantung pada indera, yang kebenarannya a priori. Kant memulainya dengan mempertanyakan apakah ada yang dapat kita ketahui seandainya seluruh benda dan indera dibuang. Seandainya tidak ada benda dan tidak ada alat pengindiera, apakah ada sesuatu yang dapat kita ketahui?.
Menurut Kant, pengetahuan manusia muncul dari dua sumber utama yaitu pengalaman pancaindra dan pemahaman akal budi (rasio). Pengalaman yang diperoleh melalui pancaindra kita kemudian diolah oleh pemahaman rasio kita dan menghasilkan pengetahuan. Itu sebabnya pengetahuan manusia selalui bersifat apriori dan aposteriori secara bersamaan. Tanpa pengalaman indrawi maka pengetahuan hanyalah konsep-konsep belaka, tetapi tanpa pemahaman rasio pun pengalaman indrawi hanya merupakan kesan-kesan panca indra belaka yang tidak akan sampai pada keseluruhan pengertian yang teratur yang menjadikannya sebagai sebuah pengetahuan.
Pengetahuan bermula dari pengalaman pancaindra yang kemudian diolah oleh pemahaman rasio untuk menghasilkan sebuah pengetahuan yang menyeluruh dan teratur. Oleh sebab itu, maka segala sesuatu yang tidak bisa dialami oleh pancaindra tidak bisa dijadikan sebagai sumber pengetahuan, tetapi hanya sebagai sebuah hipotesis belaka.
2)  What Shoul I do ? (apakah yang harus saya perbuat) persoalan pada pedoman hidup /aksiologi/nilai/etika
Pemikiran Kant  tantang Etika (Deontologi). Etika disebut juga filsafat moral, yang berasal dari kata ethos (Yunani) yang berarti watak. Moral berasal dari kata mos atau mores (Latin) yang artinya kebiasaan. Objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia, sedang objek formal etika adalah kebaikan atau keburukan, bermoral atau tidak bermoral.
Moralitas manusia adalah objek kajian etika yang telah berusia sangat lama. Sejak manusia terbentuk, persoalan perilaku yang sesuai dengan moralitas telah menjadi bahasan. Berkaitan dengan hal itu, kemudian muncul dua teori yang menjelaskan bagaimana suatu perilaku itu dapat diukur secara etis yaitu Deontologis dan Teologis. Teori Deontologis dihasilkan oleh pemikiran Immanuel Kant. Deontologi berasal dari kata Deon (Yunani) yang berarti kewajiban. Menurut teori ini perbuatan adalah baik jika dilakukan berdasarkan “imperatif kategoris” (perintah tak bersyarat). Yang menjadi dasar bagi baik buruknya perbuatan adalah kewajiban dan tujuan yang baik tidak menjadikan perbuatan itu baik.
Menurut Kant ada tiga kemungkinan seseorang menjalankan kewajibannya, pertama, ia memenuhi kewajiban karena hal itu menguntungkannya. Kedua, ia memenuhi kewajibannya karena ia terdorong dari perasaan yang ada didalam hatinya, misalnya rasa kasihan. Ketiga, ia memenuhi kewajibannya kerena kewajibannya tersebut, karena memang ia mau memenuhi kewajibannya.
3)  What may I Hope ? (apakah yang boleh saya harapkan) Agama
Pemikiran Immanuel Kant Tentang Agama dan Tuhan. Meskipun Kant lebih dikenal sebagai filsuf yang berkecimpung dalam bidang epistemologi dan etika, tetapi kajian tentang Tuhan pun tak luput dari penelaahannya. Immanuel Kant  berargumentasi bahwa konsep seseorang tentang Tuhan harus berasal dari penalaran; oleh karena itu, ia menyerang bukti-bukti tentang keberadaan Tuhan, dengan menyangkali keabsahannya. Kant berpendapat bahwa tidak dapat ada terpisah pengalaman yang dapat dibuktikan melalui pengujian. Dalam hal ini, Kant mengkombinasikan rasionalisme (kebertumpuan pada penalaran manusia) dan empirisme (pembuktian sesuatu berdasar metode ilmiah).
Bagi Kant, Tuhan bukanlah soal teoretis, melainkan soal praktis, soal moral, soal totalitas pengalaman, dan arti atau makna hidup terdalam (ini dampak positifnya). Dampak negatifnya adalah bahwa sebagai “postulat’ (penjamin) moralitas, Tuhan adalah konsekuensi moralitas, maka moralitas merupakan dasar keberadaan Tuhan. Karena itu, muncul tendensi pada Kant untuk meletakkan agama hanya pada tataran moralitas semata atau perkara horizontal saja (hubungan antar manusia saja atau soal perilaku di dunia ini saja). Konsekuensinya, agamanya Kant, tidak memerlukan credo (kepercayaan).
Kant menyatakan bahwa memang Tuhan hanya bisa didekati melalui iman dan iman itu dilandasi oleh hukum moral. Hukum moral mewajibkan kita untuk selalu melakukan kebaikan. Tetapi hukum moral ini mensyaratkan tiga hal utama, yaitu: kebebasan, keabadian jiwa, dan keberadaan tuhan.

4)  What is man ? (apakah manusia itu) berfokus pada hakekat manusia apa arti manusia, antropologi
Pandangan Imamuel Kant tantang Manusia. Kant mengatakan bahwa hanya manusia-lah tujuan pada dirinya, dan bukan semata-mata alat atau sarana yang boleh diperlakukan sewenang-wenang. Di dalam segala tindakan manusia baik yang ditujukan kepada dirinya sendiri maupun kepada orang lain, manusia harus dipandang serentak sebagai tujuan. Bagi Kant, manusia-lah aktor yang mengkonstruksi dunianya sendiri. Melalui a priori formal, jiwa manusia mengatur data kasar pengalaman (pengindraan) dan kemudian membangun ilmu-ilmu matematika dan fisika. Melalui kehendak yang otonomlah jiwa membangun moralitas.