Macam - macam Kesenian Tradisional khas PurworejoKesenian Cekok Mondhol merupakan kesenian tradisional kerakyatan yang bernunansa keagamaan Islam. Kesenian ini tumbuh dan berkembang di Desa Ngasinan, Kecamatan Bener. Kesenian ini berawal dari ide sekelompok pemuda desa dalam komunitas pengajian untuk membentuk grup kesenian yang bisa dijadikan hiburan sekaligus tuntunan. Gerak, lagu dan syairnya serta musik iringannya hasil adaptasi dari kesenian yang ada di daerah Magelang yaitu Kubro Siswo yang kemudian dimodifikasi dengan hasil kreativitas para pemuda setempat, dipelopori oleh pemuda yang bernama Purwadi sekitar tahun 1970-an.Kesenian Cepetan merupakan jenis kesenian yang terlahir di Desa Kedungkamal, Kecamatan Grabag yang terinspirasi dari seorang pemuda yang bernama Tujan. Pada saat itu Kepala Desa Kedungkamal dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1959 berkeinginan untuk partisipasi dalam pawai budaya tingkat kecamatan. Keinginan tersebut disampaikan kepada seorang pemuda yang bernama Tujan yang notabene sudah berpengalaman menjadi penari kuda kepang. Maka pada saat itu, Tujan menyampaikan ide membentuk group kesenian yang diberi nama Cepetan.Kesenian Cing Poo Ling menggambarkan prajurit yang sedang latihan perang. Tema ini tetap bertahan sampai sekarang. Kesenian Cing Poo Ling merupakan kesenian tradisional sejenis atau reogan mengalami perkembangan sebagai tari perang dan bertemakan tentang kepahlawanan. Biasanya yang diambil dalam kesenian jathilan, reog maupun sejenisnya adalah cerita panji, namun kesenian Cing Poo Ling di Desa Kesawen, Kec. Pituruh memiliki ciri khas yaitu tentang keprajuritan sebagai pengawal.Tari Dolalak merupakan kesenian khas Purworejo yang paling populer. Asal mula kesenian dolalak adalah akulturasi budaya barat (Belanda) dengan timur (Jawa). Asal kata Dolalak adalah dari Not Do dan La (bukan nada C dan G) karena tarian ini diiringi hanya dengan alat musik dua nada. Tari ndolalak lahir pada zaman penjajahan Belanda. Ketika itu Purworejo dijadikan pusat latihan militer. Konon pada waktu luang para prajurit Belanda berbaur dengan warga untuk menari dalam bentuk baris berpasangan, diiringi nyanyian bersyair pantun sindiran. Seiring perkembangan zaman dan teknologi, tarian Dolalak sekarang sudah diringi dengan musik modern, yaitu keyboard. Lagu-lagu yang dimainkan pun bervariasi dan beragam. Penari Dolalak hanya dilakukan oleh para wanita, berseragam hitam dengan aksesoris yang gemerlapan juga ada aksesoris yang khas yaitu kacamata hitam. Penari-penari Dolalak bisa mengalami trance, yaitu suatu kondisi mereka tidak sadar karena sudah begitu larut dalam tarian dan musik. Tingkah mereka bisa aneh-aneh dan lucu. Tarian Dolalak saat ini sudah berkembang pesat bahkan sudah menjadi brand image Kabupaten Purworejo.4. JidurTarian tradisional ini diiringi musik perkusi tradisional seperti: bedug, rebana, dan kendang. Satu kelompok penari terdiri dari 12 orang penari, dimana satu kelompok terdiri dari satu jenis gender saja (seluruhnya pria, atau seluruhnya wanita).Riwayat singkat Kesenian Incling ini sebenarnya bersumber dari sebuah cerita yang terdapat di Jawa Timur dan khususnya Karesidenan Madiun yang berpusat di Ponorogo.Kesenian kentrung rebana SOYAR MAOLE saat ini sebarannya meliputi beberapa dusun di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing. Menurut riwayat tidak tertulis dari para pendahulu/leluhur Desa Kaligono, kesenian Kentrung Rebana Soyar Maole sudah ada sejak tahun 1907, yang kemudian secara tradisi diteruskan oleh generasi ke generasi walaupun mengalami pasang surut, masih tetap bertahan sampai sekarang.Jolenan adalah sebuah nama upacara merti desa Keba Palawija yang menggunakan media jolen sebagai wadah atau tempat meletakkannya tumpeng dan ayam panggang. Jolen itu sendiri semacam keranjang dengan alas atau dasar empat persegi dan diberi tutup berbentuk piramida. Ledre dan Binggel diikat dan digantungkan pada ujung sebilah bambu, ditancapkan di sekeliling jolen yang menghiasi. Mengandung maksud merupakan perwujudan /gambaran bahwa daerah pegunungan Somongari kaya akan hasil bumi, baik dari hutannya maupun lain-lainnya“Pethik Tirta” merupakan upacara selamatan desa (merti desa) yang dijadikan tradisi di Desa Jenar Lor, Kecamatan Purwodadi. Istilah “Pethik Tirta” berasal dari kata “Pethik” yang berarti mengambil dan “Tirta” yang berarti air. Secara etimologis, Pethik Tirta berarti upacara mengambil air (yang dilakukan di Sumur Talang, suatu sumur beji / tua yang terletak di Dusun Talang Bagus, Desa Jenar Lor, Kecamatan Purwodadi) yang dipercaya membawa berkah. Asal-usul upacara ini berkaitan erat dengan keberadaan Bulak (kawasan pertanian yang sangat luas) yang meliputi wilayah Desa Jenar Lor, Jenar Kidul, Walikoro, Sruwoh, Singkil, Wingko, Pundensari, Jenar Wetan. Saat ini Bulak tersebut dikenal dengan sebutan Bulak Kethip.
Sabtu, 31 Desember 2016
Gotong Royong Falsafah Bangsa yang Terlupakan
Edit Posted by Anggun Rokhma with No comments
Gotong
Royong Falsafah Bangsa yang Terlupakan
Kata gotong
royong semakin jarang dan asing kita dengarkan
di telinga kita saat ini. Jika
disebutkan kata gotong royong, maka secara
refleks kita akan membayangkan dan
memikirkan kerja bakti bersama warga di
suatu kelurahan membersihkan selokan dan
jalan raya. Atau kegiatan kerjasama warga
di suatu desa terpencil dalam membuat,
memelihara dan merawat sarana publik,
seperti irigasi, rumah ibadah, balai desa
dan lainnya.
Manusia modern seakan tidak memiliki
kesempatan meluangkan waktunya untuk
bersosialisasi dengan manusia lain yang ada
disekitarnya. Kebutuhan hidup menuntutnya untuk
tetap terus bekerja mencari uang. Bahkan
untuk hal - hal yang sesungguhanya
mudah diselesaikan apabila dikerjakan dengan
gotong royong seperti resepsi pernikahan,
manusia modern sebaliknya membayar panitia
resepsi untuk mengerjakan dan menyediakan
kebutuhan resepsi tersebut. Dengan alasan
mereka tidak mampu mengerjakan semua
pekerjaan itu, sedang pekerjaan mereka
tidak bisa ditinggalkan. Berbeda halnya
jika resepsi tersebut dilaksanakan di
sebuah desa terpencil, warga desa bahu
- membahu membantu menyelenggarakan resepsi
pernikahan tersebut tanpa pamrih.
Akibat dari modernisasi dan westernisasi
kita melupakan falsafah bangsa yang sangat
luhur yaitu gotong royong. Falsafah gotong
royong tersebut sesungguhnya telah menjadi
jati diri bangsa yang telah ada sejak
zaman Hindu - Budha. Keunikan bangsa
ini sejatinya telah dikenal dunia
internasional sebagai ciri khas yang telah
membudaya pada diri bangsa Indonesia.
Seperti disebutkan Presiden Obama saat mengenang
kisahnya tinggal di Indonesia, gotong
royong merupakan budaya Indonesia dan tidak
terdapat di tempat lain termasuk di
Amerika Serikat. Beliau sangat mengagumi
nilai kebersamaan dan kekeluargaan dari
gotong royong dan memimpikan agar suatu
saat Amerika memiliki budaya gotong royong
juga. Mengingat individualisme di Amerika
sangat tinggi, sedangkan rasa solidaritas
mereka sangat rendah.
Sungguh ironis kita bangsa Indonesia selaku
pemilik falsafah gotong royong terkesan
tidak peduli dan tidak melestarikan
falsafah gotong royong tersebut.
Bukan tidak mungkin jika rasa kepedulian
kita terhadap falsafah bangsa tersebut
rendah, maka falsafah tersebut akan punah.
Banyak sudah contoh sejarah tercatat
mengenai budaya bangsa yang punah akibat
rasa kepedulian bangsa yang rendah. Sebagai
contoh aksara Arab - Melayu merupakan
budaya Indonesia yang unik dan akhirnya
punah terganti dengan aksara Romawi
sekarang. Sungguh berbeda halnya dengan Thailand
yang masih menjaga warisan budaya leluhur
mereka berupa aksara Palawa Thai yang
justru saat ini digunakan sebagai aksara
nasional Thailand.
Prof. Soepomo dan Presiden
Soekarno Mengingatkan Kembali
Mengingat
kembali perjalanan kemerdekaan bangsa Indonesia
tahun 1945. Jauh sebelum proklamasi
berkumandang di Pegangsaan Timur, Soekarno
dan beberapa pejuang lainnya telah
memikirkan falsafah dasar negara yang akan
dibentuk ini. Begitu pentingnya falsafah
dasar negara tersebut sehingga dijadikan
agenda utama dalam rapat pertama BPUPKI
yang harus dipecahkan dan diselsesaikan.
Tidak banyak pejuang yang memiliki wawasan
luas mengenai falsafah gotong royong
sebagai warisan budaya Indonesia sejak
zaman Hindu - Budha. Mereka yang
mengetahui adalah Prof. Soepomo dan presiden
Soekarno. Didahului oleh pendapat Prof. Soepomo
dalam rapat BPUPKI tanggal 31 Mei
1945 yang menyebutkan bahwa negara
seharusnya dipimpin oleh pemimpin yang
senantiasa menyatu dengan rakyat dengan
semangat kekeluargaan dan gotong royong.
Menurutnya negara tidak milik satu orang,
tetapi milik semua rakyat. Untuk itu
seluruh rakyat harus bersatu dalam
membangun suatu negara demi kesejahteraan rakyat.
Kemudian dilanjutkan oleh presiden Soekarno
pada rapat BPUPKI 1 Juni 1945. Adapun
pendapat beliau adalah Indonesia memiliki 5
falsafah dasar negara, antara lain;
Kebangsaan Indonesia, Internasionalisnisme,
Permusyawaratan mufakat, Kesejahteraan sosial dan
KeTuhanan. Lalu presiden Soekarno menyimpulkan
kelima falsafah tersebut ke dalam satu
wadah yaitu gotong royong. Negara dalam
pemikiran presiden Soekarno adalah negara
gotong royong, yaitu negara yang berusaha,
beramal, bekerja dan berkarya bersama-sama. Membanting
tulang, memeras keringat, berjuang bantu-membantu
bersama-sama dan hasilnya semua untuk
kepentingan bersama.
Jelaslah bahwa inti dari falsafah gotong
royong yang kembali diingtkan Prof. Soepomo
dan presiden Soekarno adalah kerja sama
sesama rakyat demi mencapai satu tujuan.
Dengan tercapainya tujuan tersebut diharapkan
semua rakyat merasakan hasilnya bersama -
bersama. Bukankah sesuatu apabila dikerjakan
secara bersama akan terselesaikan lebih
mudah dari pada dikerjakan dengan sendiri?
Seharusnya kita
menyadari bangsa ini sudah terlalu jauh
tercerai - berai. Akibatnya kita sulit
mencapai tujuan yang diinginkan, karena
hanya sedikit orang yang berjuang mencapai
tujuan tersebut. Sedangkan orang lain,
sibuk dengan tujuannya yang lain. Tidakkah
kita bisa mengambil hikmah pelajaran dari
negara sahabat Vietnam yang tercerai-berai
berpuluh-puluh tahun. Namun setelah mereka
berhasil bersatu dan bekerja sama dalam
menggapai tujuan. Kini mereka mampu
melampaui pencapaian Indonesia khususnya di
bidang pendidikan.
Ekspektasi dan Harapan
Edit Posted by Anggun Rokhma with No comments
Ekspektasi dan harapan
Siapa saja boleh memilih untuk hidup menurut keinginannya, tidak ada yang
melarang. Ego dan percaya diri bahwa kebebasan mampu membuat setiap orang
bahagia, boleh saja dijadikan pegangan. Namun harus diakui, kadang cita dan
keinginan harus kandas karna sebuah harapan yang terlalu dipaksakan.
Seperti kata Shakespeare, "Expectation is the root of all
heartache". Harapan adalah akar dari semua sakit hati. Apakah memang
demikian?
Dalam bahasa inggris, kita dapat
menerjemahkan harapan dari kata Hope dan expectation. Kedua kata ini
kelihatannya sama, namun dalam pemahamannya adalah berbeda.
Hope dan expectation adalah dua kata yang sering membuat kita bingung
karena kesamaan dalam konotasinya. Sebenarnya ada beberapa perbedaan antara kedua
kata atau istilah tersebut.
Expectations sering dicirikan untuk sebuah keinginan yang tidak terpenuhi.
Di sisi lain hope bukan tentang keinginan yang terpenuhi. Hope selalu mengenai
sesuatu yang mungkin terjadi. Sedangkan Expectations lebih luas bahkan sebagian
besar mengenai sesuatu yang tidak mungkin terjadi (sulit terjadi). Pemahaman
ini paling tidak menurut ukuran kondisi seseorang pada saat ini terhadap
sesuatu yang diinginkan dapat terjadi di masa depan. Ini adalah salah satu
perbedaan utama dari keduanya.
Hope adalah semua tentang imajinasi
yang sangat mungkin terjadi sedangkan expectation sering menyangkut imajinasi
yang berlebihan dan sulit terjadi. Expectations membuat anda seolah-olah dapat
mengendalikan hidup anda karena gairah dan obsesi, sementara hope adalah chance
(kesempatan) atau probabilitas dimana anda cenderung pasrah.
Expectation adalah pola pikir yang jauh lebih aktif bila dibandingkan
dengan hope. Hal ini karena fakta menunjukan bahwa ketika anda berharap (hope)
akan sesuatu, anda kadang lebih berserah diri pada takdir (destiny). Sedangkan
dalam kasus Expectation, anda mengupayakan segala upaya untuk menggapai atau
merealisasikannya.
Pemikir berkeyakinan bahwa
expectation kadang-kadang dapat disamakan dengan keadaan "berharap-harap
cemas". Perbedaan penting lainnya antara hope dan expectation adalah bahwa
expectation mungkin tidak realistis. Di sisi lain hope selalu tentang sesuatu
yang realistis. Dalam pengertian ini terkadang Expectation seolah-olah
merupakan wujud dari Fantasy atau Illusion. Expectation sering membawa
kejutan., sedangkan Hope tidak selalu membawa kejutan. Hal ini karena Hope
melihat suatu kenyataan dan berharap sesuatu darinya. Di sisi lain karena tidak
adanya realitas dalam expectation, sering berakhir pada sebuah keheranan atau
kejutan.
Hasil dair expectation sering membuat kekecewaan sedangkan hope tidak
selalu mengakibatkan kekecewaan. Pikiran anda berada dalam keadaan atau
kesiapan dalam hal hope. Di sisi lain pikiran anda tidak dalam keadaan siap
untuk menerima kenyataan dalam hal expectation. Sehingga dengan demikian, apa
yang dikatakan oleh Shakespeare, "Expectation is the root of all
heartache", setidaknya dapat dipahami dengan jelas. Oleh karenanya, kita
juga dapat menggunakan kata Expectation sebagai ekspektasi sedangkan Hope
adalah harapan yang selama ini kita maksudkan untuk menunjukan harapan dalam
pengertian sebenarnya.
Persoalan Imanuel Kant
Edit Posted by Anggun Rokhma with No comments
Persoalan Imanuel Kant
Menurut
Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ), Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi
pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat
persoalan. Yaitu:
1) What can I Know ? (Apakah yang dapat saya ketahui)
Epistemologi
Pemikiran
Immanuel Kant tantang Pengatahuan. Menurut Kant, pengetahuan yang mutlak
sebenarnya memang tidak akan ada bila seluruh pengetahuan datang melalui
indera. Akan tetapi bila pengetahuan itu datang dari luar melalui akal murni,
yang tidak bergantung pada pengalaman, bahkan tidak bergantung pada indera,
yang kebenarannya a priori. Kant memulainya dengan mempertanyakan apakah ada
yang dapat kita ketahui seandainya seluruh benda dan indera dibuang. Seandainya
tidak ada benda dan tidak ada alat pengindiera, apakah ada sesuatu yang dapat
kita ketahui?.
Menurut
Kant, pengetahuan manusia muncul dari dua sumber utama yaitu pengalaman
pancaindra dan pemahaman akal budi (rasio). Pengalaman yang diperoleh melalui
pancaindra kita kemudian diolah oleh pemahaman rasio kita dan menghasilkan
pengetahuan. Itu sebabnya pengetahuan manusia selalui bersifat apriori dan
aposteriori secara bersamaan. Tanpa pengalaman indrawi maka pengetahuan
hanyalah konsep-konsep belaka, tetapi tanpa pemahaman rasio pun pengalaman
indrawi hanya merupakan kesan-kesan panca indra belaka yang tidak akan sampai
pada keseluruhan pengertian yang teratur yang menjadikannya sebagai sebuah
pengetahuan.
Pengetahuan
bermula dari pengalaman pancaindra yang kemudian diolah oleh pemahaman rasio
untuk menghasilkan sebuah pengetahuan yang menyeluruh dan teratur. Oleh sebab
itu, maka segala sesuatu yang tidak bisa dialami oleh pancaindra tidak bisa
dijadikan sebagai sumber pengetahuan, tetapi hanya sebagai sebuah hipotesis
belaka.
2) What Shoul I do ? (apakah yang harus saya perbuat)
persoalan pada pedoman hidup /aksiologi/nilai/etika
Pemikiran
Kant tantang Etika (Deontologi). Etika
disebut juga filsafat moral, yang berasal dari kata ethos (Yunani) yang berarti
watak. Moral berasal dari kata mos atau mores (Latin) yang artinya kebiasaan.
Objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia, sedang objek
formal etika adalah kebaikan atau keburukan, bermoral atau tidak bermoral.
Moralitas
manusia adalah objek kajian etika yang telah berusia sangat lama. Sejak manusia
terbentuk, persoalan perilaku yang sesuai dengan moralitas telah menjadi
bahasan. Berkaitan dengan hal itu, kemudian muncul dua teori yang menjelaskan
bagaimana suatu perilaku itu dapat diukur secara etis yaitu Deontologis dan
Teologis. Teori Deontologis dihasilkan oleh pemikiran Immanuel Kant. Deontologi
berasal dari kata Deon (Yunani) yang berarti kewajiban. Menurut teori ini
perbuatan adalah baik jika dilakukan berdasarkan “imperatif kategoris”
(perintah tak bersyarat). Yang menjadi dasar bagi baik buruknya perbuatan
adalah kewajiban dan tujuan yang baik tidak menjadikan perbuatan itu baik.
Menurut Kant
ada tiga kemungkinan seseorang menjalankan kewajibannya, pertama, ia memenuhi
kewajiban karena hal itu menguntungkannya. Kedua, ia memenuhi kewajibannya
karena ia terdorong dari perasaan yang ada didalam hatinya, misalnya rasa
kasihan. Ketiga, ia memenuhi kewajibannya kerena kewajibannya tersebut, karena
memang ia mau memenuhi kewajibannya.
3) What may I Hope ? (apakah yang boleh saya harapkan)
Agama
Pemikiran Immanuel Kant Tentang Agama dan Tuhan.
Meskipun Kant lebih dikenal sebagai filsuf yang berkecimpung dalam bidang
epistemologi dan etika, tetapi kajian tentang Tuhan pun tak luput dari
penelaahannya. Immanuel Kant berargumentasi
bahwa konsep seseorang tentang Tuhan harus berasal dari penalaran; oleh karena
itu, ia menyerang bukti-bukti tentang keberadaan Tuhan, dengan menyangkali
keabsahannya. Kant berpendapat bahwa tidak dapat ada terpisah pengalaman yang
dapat dibuktikan melalui pengujian. Dalam hal ini, Kant mengkombinasikan
rasionalisme (kebertumpuan pada penalaran manusia) dan empirisme (pembuktian
sesuatu berdasar metode ilmiah).
Bagi Kant, Tuhan bukanlah soal teoretis, melainkan
soal praktis, soal moral, soal totalitas pengalaman, dan arti atau makna hidup
terdalam (ini dampak positifnya). Dampak negatifnya adalah bahwa sebagai
“postulat’ (penjamin) moralitas, Tuhan adalah konsekuensi moralitas, maka
moralitas merupakan dasar keberadaan Tuhan. Karena itu, muncul tendensi pada
Kant untuk meletakkan agama hanya pada tataran moralitas semata atau perkara
horizontal saja (hubungan antar manusia saja atau soal perilaku di dunia ini
saja). Konsekuensinya, agamanya Kant, tidak memerlukan credo (kepercayaan).
Kant menyatakan bahwa memang Tuhan hanya bisa didekati
melalui iman dan iman itu dilandasi oleh hukum moral. Hukum moral mewajibkan
kita untuk selalu melakukan kebaikan. Tetapi hukum moral ini mensyaratkan tiga
hal utama, yaitu: kebebasan, keabadian jiwa, dan keberadaan tuhan.
4) What is man ? (apakah manusia itu) berfokus pada
hakekat manusia apa arti manusia, antropologi
Pandangan
Imamuel Kant tantang Manusia. Kant mengatakan bahwa hanya manusia-lah tujuan
pada dirinya, dan bukan semata-mata alat atau sarana yang boleh diperlakukan
sewenang-wenang. Di dalam segala tindakan manusia baik yang ditujukan kepada
dirinya sendiri maupun kepada orang lain, manusia harus dipandang serentak
sebagai tujuan. Bagi Kant, manusia-lah aktor yang mengkonstruksi dunianya
sendiri. Melalui a priori formal,
jiwa manusia mengatur data kasar pengalaman (pengindraan) dan kemudian
membangun ilmu-ilmu matematika dan fisika. Melalui kehendak yang otonomlah jiwa
membangun moralitas.
Langganan:
Postingan (Atom)