Jumat, 16 Desember 2016

Rumah itu .....

Edit Posted by with No comments


 

Rumah itu .....


Bagi beberapa orang, keluarga adalah rumah yang sesungguhnya. Makan ga makan asal kumpul, begitu kata pepatah lama. Ketika berkumpul bersama keluarga tercinta, mereka menemukan kedamaian yang mereka harapkan. Tanpa kehangatan kasih keluarga, hidup terasa hampa tak bermakna.
Bagi beberapa orang lainnya, keluarga tidak memberikan kehangatan. Mereka justru menemukan kehangatan di antara teman dan sahabat. Bagi mereka, rumah adalah rasa kebersamaan yang dibagi di antara teman dan sahabat. Dimanapun mereka berada, mereka selalu berusaha membuka ruang baru bagi teman dan sahabat yang baru.
Rumah adalah rasa. Rumah tampil ke depan mata, ketika kehangatan membungkus dada. Rumah menjadi nyata, ketika senyum dan tawa menggores di bibir. Rumah menjadi hidup, ketika kebahagiaan bisa dibagi di antara orang-orang terkasih.
Rumah juga adalah perspektif. Ia tampil, ketika kita melihat dunia dengan kaca mata yang tepat. Ia terlihat, ketika kita membersihkan diri dari bercak-bercak kotor yang membuat kabur sudut pandang kita. Rumah menjadi tak hanya kata, ketika pikiran dan realita berjalan bergandengan tangan.
Sedihnya, banyak orang tidak menemukan rumah dalam hidupnya. Mereka boleh saja memiliki rumah mewah dan harta berlimpah. Namun, kehangatan dan kedamaian yang sejati tetap tak tergapai di dalam jangkauan tangannya. Yang tersisa hanya buih-buih kemewahan kosong yang dibungkus dengan gemerlap permata.
Jika orang tak mampu menemukan rumah dalam hidupnya, ia akan menderita. Ia akan terus merasa kesepian, walaupun dikelilingi oleh keluarga, teman dan sahabat. Ia mengalami paradoks masyarakat modern: kesepian di tengah jutaan orang. Tak jarang, orang bunuh diri untuk lepas dari kesepian dan penderitaan.
Ada kalanya, keluarga dan sahabat tidak bisa menyediakan rumah yang kita harapkan. Sebaliknya, mereka justru menjadi perusak rumah dan pencipta kesepian. Penolakan dan penilaian datang dari mata dan mulut mereka. Kita justru merasa hampa dan menderita, ketika bersama mereka.
Namun, kita harus sadar, bahwa rumah sejatinya adalah sudut pandang dan rasa. Ia tidak datang dari luar, melainkan dari dalam diri. Maka, kita perlu mencari rumah di dalam diri kita sendiri di sini dan saat ini. Rumah tidak terletak di masa depan sebagai harapan, melainkan sebagai kesadaran yang sepenuhnya berpijak disini dan saat ini.
Oleh Reza A.A Wattimena

0 komentar:

Posting Komentar