Sabtu, 17 Desember 2016

Antara Eksak dan Non Eksak

Edit Posted by with No comments
Eksak dan Non Eksak, Mana yang Lebih Keren ?

         Sudah jadi sesuatu yang lazim jika ilmu eksakta terkesan keliatan lebih keren di mata masyarakat daripada ilmu non eksakta. Orang tua akan sangat bangga sekali mengumumkan nilai 9 pada matematika atau IPA anaknya daripada nilai agama, IPS, seni, atau PKn yang juga sama tingginya.
         Orang tua akan berusaha mati-matian untuk meloby guru-guru di sekolah jika sudah mulai di penjurusan SMA, agar anaknya masuk kelas IPA. Guru-guru pun terkesan lebih bangga dengan siswa-siswa kelas IPA karena biasanya diisi oleh siswa-siswa penurut dan rajin. Sedangkan kelas IPS sering diidentikkan dengan siswa-siswa yang bad boy dan bad girl.
          Ketika di sekolah SMA ada alumni yang sedang berkunjung, maka pastilah alumni-alumni yang berhasil masuk di fakultas kedokteran, fakultas teknik, atau ilmu eksak yang keren-keren lainnya — yang bakal lebih dibanggakan di hadapan siswa didik yang masih aktif di situ. Di portofolio dan juga brosur-brosur sekolah pun akan sangat dengan bangka menyantumkan riwayat lulusan yang berhasil masuk jurusan-jurusan eksak di Universitas terkemuka.
          Bagaimanapun jurusan eksak selalu terlihat lebih seksi di mata masyarakat. Kenapa demikian? Setidaknya inilah pendapat yang sering saya dengar dari orang-orang yang lebih bangga memilih jurusan eksak :

1. Lebih Jelas Produk keilmuannya

          Jurusan eksak lebih jelas dalam menciptakan karyanya. Sarjana teknik membuat berbagai karya teknologi, sarjana kedokteran membuat karya-karya medis , sarjana pertanian atau biologi membuat pupuk atau teknik-teknik biomedis yang bisa merekayasa organisme, sarjana farmasi membuat obat. Sedangkan karya atau produk dari sarjana sosiologi, antropologi, arkeologi, sastra, tak begitu kelihatan secara konkrit.

2. Lebih Jelas Fungsi Keilmuannya

Produk-pruduk atau karya-karya ilmu eksakta fungsinya juga sangat kongkrit dan langsung bisa keliatan manfaatnya bagi masyarakat. Teknologi jelas untuk mempermudah berbagai kinerja manusia, kedokteran jelas untuk membantu kesehatan, hasil pertanian yang baik sangat jelas fungsinya untuk penyediaan makanan guna keberlangsungan hidup manusia. Lantas produk dari ilmu filsafat, sastra, sosiologi, terkesan kurang begitu konkrit dan lebih cenderung masih absurd.


3. Lebih Serius


Ilmu-ilmu eksakta lebih banyak menggunakan kerja otak kiri dalam mempelajarinya. Sehingga terkesan lebih rumit dan lebih serius. Karena saking seriusnya, sampai-sampai dari segi penampilan pun biasanya orang eksakta terkesan seperti orang yang santa cerdas dengan kacamata tebal dan sikap yang serius. Sedangkan, ilmu non eksakta terkesan sangat santai dan kurang begitu serius. Tidak menggunakan rumus-rumus yang rumit dan analisis panjang yang berbelit.


4. Lebih Ilmiah


Objek keilmuan ilmu eksakta sangat jelas. Terlihat, bisa dirasakan, dan berwujud sangat nyata. Berbeda dengan keilmuan non eksak yang absurd, sehingga seringkali ilmu -ilmu sosial itu hanya mengada-ngada saja. Kurang ilmiah dan kurang otentik.


Ya, ilmu eksak memang ilmu konkrit yang selalu kelihatan keren dengan keempat alasan di atas. namun, banyak orang lupa bahwa ilmu non eksak jauh lebih keren daripada ilmu eksak. Setidaknya, inilah beberapa kekerenan ilmu non eksak atau yang sering juga dijuluki dengan ilmu-ilmu sosial :


· Ilmu eksak akan mubazir Jika tak didampingi ilmu sosial


Okey, katakanlah ilmu eksak bisa menghasilkan produk yang sangat konkrit dari segi kualitas dan manfaatnya. Namun, sungguh produk-produk tersebut tidak akan berguna apa-apa jika tidak didukung dengan ilmu sosial. Misal, ketika sarjana teknik menciptakan sebuah produk teknologi. Teknologi tersebut tidak akan pernah sampai ke masyarakat dengan baik tanpa adanya dukungan dana. Dan pengelolaan dana itu dipegang oleh orang-orang dari jurusan non eksak.


Seorang yang menciptakan hand phone tidak akan bisa mendatangkan manfaat bagi banyak orang jika ia tak membutuhkan orang-orang sosial. Barang ciptaannya hanya akan ngendon di etalasenya sendiri jika tidak didukung dengan marketing yang baik. Fiture-fiture yang dihasilkan pun akan tidak berkembang tanpa bantuan orang-orang sosial, karena orang-orang sosial lah yang akan berhasil dengan baik memetakan kebutuhan masyarakat yang akan berguna untuk pengembangan teknologi.


Orang-orang sosial lah yang akan mampu mensosialisasikan produk-produk ilmu eksakta kepada masyarakat luas, sehingga produk-produk itu memunyai nilai manfaat. Jika tidak, maka produk-produk tersebut hanya akan menjadi mubazir dan tak berguna bagi masyarakat. Tergeletak di meja-meja penelitian tanpa guna.


· Ilmu sosial tak hanya menciptakan produk, tapi menciptakan kehidupan


Katakanlah manfaat ilmu sosial tak kelihatan secara konkrit seperti ilmu eksak. Namun, bukan berarti ini menandakan bahwa ilmu sosial tak ada manfaatnya. Memang bentuk produknya absurd, seperti sistem sosial, sistem politik, undang-undang, sistem kenegaraan. Tapi saya yakin kita semua percaya bahwa tanpa adanya sistem-sistem itu kehidupan manusia akan menjadi kacau dan tak terkontrol.


Kalau produk-produk dari ilmu eksak adalah untuk mempermudah kehidupan. Untuk meringankan kehidupan. Maka, saya bisa katakan bahwa ilmu sosial jauh lebih besar. Ilmu sosial berfungsi untuk mendesain kehidupan. Ilmu sosial mampu menciptakan kehidupan yang diinginkan.


· Orang sosial sering dapat jabatan lebih tinggi


Orang-orang sosial terkesan lebih santai daripada orang-orang eksak. Itu karena kerja mereka lebih banyak menggunakan otak kanan. Kreativitas dan kemampuan menganalisis dari berbagai sudut pandang adalah kekuatan tersendiri bagi mereka.


· Ilmu sosial juga ilmiah kok


Benarkah ilmu-ilmu sosial kurang objektif ? kurang ilmiah ? Hmmm…. Nampaknya perlu diluruskan bahwa objek ilmu sosial dan ilmu eksak itu sangatlah berbeda. Objek dari ilmu-ilmu eksak adalah sesuatu yang konkrit. Bisa dilihat dengan sangat nyata. Sedangkan ilmu sosial tidak begitu konkrit (kalau tidak mau disebut abstrak) dan mengalami dinamika yang jauh lebih cepat daripada objek ilmu sosial. Nah, karena objeknya berbeda maka jelas letak kriteria keobjektivan antara ilmu eksak dan non eksak juga gak sama.


Dalam dunia ilmu pengetahuan, sangatlah wajar jika suatu pemahaman atau teori yang satu meruntuhkan pemahaman dan teori yang lain. Di ilmu eksakta pun juga sering terjadi saling berbantahan pemahaman. Misal, baru-baru ini kita mengetahui bahwa pluto itu ternyata bukan termasuk planet di tata surya kita. Kalau kita lihat, perubahan pemahaman dan teori itu ternyata berlangsung dalam waktu yang relatif lama.


Berbeda dengan di ilmu eksakta yang bisa sangat cepat mengalami dinamika, sehingga memunculkan banyak sekali pemahaman dan teori tentang gejala-gejala dan fenomensa sosial. Keberagaman pemahaman itulah yang seringkali disalahartikan sebagai “kurang objektifnya ilmu-ilmu sosial”. Padahal tidak demikian. antara ilmu eksak dan on eksak sama objektifnya, hanya saja kondisi objek dan juga kriteria objektivitas keduanya berbeda.


Jadi manakah yang lebih keren di antara keduanya ? Ilmu eksak atau non eksak ? Jika itu ditanyakan kepada saya, maka akan saya jawab bahwa dua-duanya keren. Dua-duanya berhubungan. Dua-duanya memunyai kontribusi yang besar dalam kehidupan. Dua-duanya membutuhkan intelektualitas yang tinggi untuk mempelajari dan menguasainya dengan baik.


Oleh karena itu, daripada sibuk merasa sombong karena menganggap bidang keilmuannya lebih tinggi, atau merasa minder karena menganggap bidang keilmuannya lebih cemen — jauh lebih baik jika kita mempelajari dua-duanya.


Seorang dokter akan jauh lebih keren jika dia paham komunikasi dan permodalan, sehingga pasien akan bisa jauh lebih nyaman dengan penanganannya. Dia juga akan bisa meringankan biaya pengobatan karena memiliki skill permodalan yang bagus. Seorang sosiolog atau politikus, akan ajuh lebih keren dalam memetakan dan merencanakan kerja-kerjanya dengan teknologi semacam pengamatan fenomena sosial atau survey elektabilitas dengan menggunakan komputer.


0 komentar:

Posting Komentar