Rabu, 21 Desember 2016

Memahami Hukum-hukum Kehidupan

Edit Posted by with No comments


Memahami Hukum-hukum Kehidupan
Siapa yang tidak kesal, ketika menyaksikan pengendara yang begitu ceroboh di jalan raya, dan sama sekali tidak peduli pada peraturan lalu lintas? Siapa yang tidak marah, ketika menyaksikan para penegak hukum di Indonesia justru menjadi pelaku pelanggaran hukum, dan tidak ada seorang pun yang berani menindaknya?
Padahal, banyak peraturan dibuat untuk menata hidup manusia, supaya damai dan aman. Ketika peraturan tersebut dilanggar, yang menderita bukan hanya si pelanggar, tetapi juga orang-orang di sekitarnya.
Kegagalan untuk mematuhi prinsip-prinsip hidup bersama berakar pada ketidaktahuan, atau tiadanya perspektif. Ketika orang gagal menjalankan prinsip-prinsip hidup bersama, maka konflik akan menjadi buahnya.
Pentingnya Perspektif
Pemahaman akan perspektif melibatkan tiga hal. Pertama, orang memahami hukum sebab akibat yang bekerja di dalam kenyataan.
Kehidupan di alam semesta ini bukanlah sesuatu yang acak dan tanpa arah. Sebaliknya, alam semesta ini mengikuti hukum-hukum sebab akibat yang jelas dan pasti.
Ilmu pengetahuan modern telah berhasil mengungkap hal ini, sehingga ia bisa melahirkan banyak teknologi yang berguna untuk kehidupan manusia. Di dalam metode penelitian ilmiah, hubungan sebab akibat dikenal juga sebagai hukum aksi-reaksi, dan hukum stimulus-respons.
Intinya, setiap tindakan pasti memiliki akibat. Inilah hukum pertama kehidupan yang perlu dipahami dan dihayati, jika orang menghendaki hidup yang damai.
Ia berlaku di berbagai bidang kehidupan, mulai dari kehidupan pribadi, hubungan antar manusia, tata ekonomi, tata politik sampai dengan gerak bintang-bintang di angkasa luas sana. Dengan kata lain, ia bersifat universal.
Dua, orang juga perlu memahami keterkaitan segala sesuatu di alam semesta ini. Segalanya mempengaruhi segalanya.
Perubahan di satu tempat akan secara langsung membawa dampak pada tempat-tempat lainnya. Jika didalami, orang akan sampai pada satu kesadaran, bahwa semuanya adalah satu.
Tiga, orang juga memahami, bahwa segalanya berubah. Ini sesuai dengan ajaran kuno dari Herakleitos, pemikir Yunani, bahwa segalanya mengalir; orang tidak mungkin menginjakkan kaki di sungai yang sama.
Jika orang sadar, bahwa segala sesuatu berubah, maka ia tidak akan menggenggam apapun dengan erat di dalam hidup ini. Ia akan belajar bersyukur, ketika sesuatu itu ada, dan bersikap rela, ketika sesuatu itu pergi.
Tiga hal ini adalah hukum-hukum kehidupan yang mendasar. Untuk sampai pada kebijaksanaan dan kebahagiaan, orang perlu untuk tidak hanya memahaminya, tetapi juga menghayati serta menjalankannya di dalam hidup sehari-hari.
Kebijaksanaan
Penghayatan dan pengamalan hukum-hukum kehidupan akan membuat kita menjadi manusia yang bijaksana. Kita tidak akan menyakiti orang lain, karena keberadaan orang lain selalu terkait dengan keberadaan kita.
Kita tidak akan melanggar peraturan-peraturan yang penting bagi hidup bersama, karena kita sadar, pelanggaran atasnya akan membawa penderitaan tidak hanya untuk kita, tetapi untuk orang lain. Kita tidak akan melakukan korupsi, karena kita tahu, mencuri adalah tindakan yang membawa dampak buruk yang amat besar bagi kehidupan bersama.
Semua ini dilakukan, bukan karena paksaan dari luar, karena itu sifatnya amat sementara, melainkan dari dalam, yakni dari kesadaran dan penghayatan akan hukum-hukum moral. Ini juga bisa disebut sebagai moralitas yang bersifat ajeg (sustainable morality).
Ia tidak gampang patah, ketika godaan kenikmatan sesaat, harta dan kuasa datang menghadang. Ia bahkan bisa melepas dirinya sendiri, ketika keadaan mendesak, seperti misalnya hendak memenuhi kepentingan yang lebih tinggi.
Hidup dengan perspektif yang tepat berarti hidup sejalan dengan hukum-hukum kehidupan sebagaimana adanya. Inilah jalan hidup tertinggi.




0 komentar:

Posting Komentar