Rabu, 21 Desember 2016

Filsafat Ilmu - Perkembangan Pemikiran Manusia

Edit Posted by with No comments


Filsafat Ilmu - Perkembangan Pemikiran Manusia


            Bagi manusia modern sekalipun, pemikiran mitologis bukanlah sesuatu yang asing dan begitu jauh dengan diri manusia. Kita semua kenal dengan dunia mistis dan upacara-upacara magis masih berada disekitar kita, karena para orangtua dan guru kita seringkali menuturkannya.
            Upacara-upacara magis terjadi disekitar kita pada saat memulai bercocok tanam, masa panen, pindah rumah baru dan sebagainya. Kita juga sering menyaksikan dan mendengarkan cerita-cerita tentang kesaktian seorang dukun (paranormal) melalui kekuatan magis kerisnya, kitab-kitab sucinya dan lain-lain.
            Pemikiran mistis merupakan suatu pola pikir yang menyatakan bahwa diri manusia berada didalam kungkungan kekuatan gaib alam (hukum-hukum alam) dan para dewa. Hal itu membuktikan bahwa itu bukan sesuatu yang diada-adakan, melainkan benar-benar ada. Lebih tepat lagi, hal itu dipahami sebagai gejala manusiawi belaka.
            Memang, pemikiran mistis secara jelas tampak pada kebudayaan primitif, dimana tingkah laku manusia secara langsung melibatkan diri dengan para dewa sebagai sumber kekuatan alam yang serba misterius. Dunia seperti itu masih belum dikacaukan oleh campur tangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sering kita memahami bahwa kebudayaan primitif itu diisi oleh sikap pasrah dan menyerah, tulus dan ikhlas pada kekuatan-kekuatan ghaib.
            Manusia primitif masih sangat sederhana, dan hidup hanya dengan mengikuti hukum-hukum alam. Karena itu, kehidupan mereka statis, tidak perubahan dan perkembangan. Tetapi jika diamati lebih cermat, sebenarnya tidaklah begitu sederhana. Didalamnya telah ada kaidah-kaidah yang dipakai sebagai pedoman bertingkahlaku sosial. Dalam masalah perkawinan, misalnya, sudah ada larangan bagi pemuda dan pemudi tertentu untuk berhubungan. Masalah sosial politik pun sudah ada, yaitu kadang kita dengar adanya pembunuhan atau pengucilan terhadap sejumlah orang yang melanggar kaidah-kaidah sosial. Kadang juga terjadi perang antar suku dan sebagainya. Hal ini membuktikan bahwa mitos bukanlah dongeng belaka, melainkan lebih sebagai suatu buku pedoman bagaimana hidup itu diselenggarakan.
            Selanjutnya, pemikiran mitologis seringkali dipahami sebagai pemikiran yang tidak logis atau tidak ilmiah. Pemikiran ini secara positif dipahami sebagai awal dari perkembangan pemikiran manusia. Pemikiran mitologis kemudian disebut sebagai “pra-logis” atau pemikiran kekanak-kanakan. Memang sifat kesederhanaannya sangat menonjol. Ketika mereka sedang ditimpa wabah penyakit, pemikirannya memastikan bahwa dewaa sedang murka.
Oleh karena itu, diadakanlah upacara-upacara dan sesaji-sesaji. Lebih dari sekadar memohon pengampunan kepada dewata, upacara dan sesaji itu cenderung difungsikan sebagai cara mendidik diri agar tabah dalam mendapatkan kekuatan gaib untuk menghadapi segala ancaman baik dari para dewa maupun dari alam. Hal ini berarti dengan logika yang amat sederhana itu, masyarakat primitif telah mempunyai sikap menghadapi dan mengatasi alam. Jadi tidaklah hanya pasrah dan menyerah begitu saja.
            Untuk lebih mendapatkan kejelasan mengenai arti pemikiran mitologis, ada baiknya mempertimbangkan fungsi-fungsinya dalam kehidupan sehari-hari.
            Mitos dalam bahasa Inggris berarti “myth”, yang berarti “dongeng” atau “suatu cerita buatan”. Biasanya dongeng dibuat untuk memberikan pedoman agar tingkah laku dan perbuatan manusia lebih terarah. Tentu saja terarah kepada kebaikan-kebaikan.
Mitos bukan hanya cerita-cerita penghibur tau laporan berbagai peristiwa alam saja. Lebih dari itu, mitos merupakan suatu rangkaian yang panjang dan mampu menggetarkan jiwa yang kemudian bisa mendorong manusia untuk mengarahkan tingkah lakunya sehingga bisa tercipta suatu kebijaksanaan hidup.
Jadi, sebenarnya didalam pikiran mitologis manusia telah mulai memerankan diri sebagai subjek terhadap alam. Hanya saja belum ada kemampuan sebagai subjek yang utuh dan bulat. Maksudnya, didalamnya masih ada rongga-rongga dan celah-celah dimana kekuatan alam sebagai objek masih dapat menerobos dan membelenggu pikiran. Karena subjektivitas inilah, manusia mudah melebur dengan sesamanya, dan antara manusia dengan alam berada secara rapat atau tidak ada jarak pemisah. Akibatnya, posisi manusia cenderung integral dengan alam. Karena itu, ketergantungannya terhadap alam sangat dominan didalam hidup dan kehidupannya.
Alam pikiran mitologis yang bersumber dari daya batin manusia atas pengalaman hidupnya, jelas disusun untuk kepentingan-kepentingan tertentu. Jika direnungi terhadap sesama, rupanya mitos itu terarah kepada terciptanya suatu cara melahirkan kesadaran manusia, bahwa diluar dirinya ada kekuatan-kekuatan alam yang dahsyat dan ajaib. Dengan mitos, manusia berharap agar dapat mengatasi berbagai kekuatan alam gaib yang berpengaruh besar terhadap kehidupaannya. Dengan kata lain, alam gaib dihayati sebagai alam suci yang kekuatannya mempengaruhi alam kehidupan sehari-hari manusia. (alam gaib sering disebut sebagai alam atas sedangkan alam kehidupan sehari-hari sering diidentikkan dengan alam bawah).
Dengan demikian, alam pikiran mitologis mempunyai ciri-ciri khusus seperti : belum adanya kesadaran diri (identitas diri), diri manusia adalah integral dari alam dan masyarakatnya, ada kekuatan dahsyat dari para dewa dan alam yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan, dan tegasnya manusia belum mampu berdiri ssebaga subjek yang utuh dan bulat.

0 komentar:

Posting Komentar