Rabu, 21 Desember 2016

Filsafat Ilmu Alam Dan Ilmu Sosial

Edit Posted by with No comments
                      Filsafat Ilmu Alam Dan Ilmu Sosial

        Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakankonsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan.Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.

          Secara epistimologi, filsafat berasal dari bahasa Yunani Philosophia, dan terdiri dari kata Philos yang berarti kesukaan atau kecintaan terhadap sesuatu, dan kata Sophia yang berarti kebijaksanaan. Secara harafiah, filsafat diartikan sebagai suatu kecintaan terhadap kebijaksanaan (kecenderungan untuk menyenangi kebijaksanaan). Hamersema mengatakan bahwa filsafat merupakan pengetahuan metodis, sistematis, dan koheren tentang seluruh kenyataan Jadi, dari definisi ini nampak bahwa kajian filsafat itu sendiri adalah realitas hidup manusia yang dijelaskan secara ilmiah guna memperoleh pemaknaan menuju “hakikat kebenaran”.

          Ilmu sosial (Inggris: social science) atau ilmu pengetahuan sosial adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan seni dan humaniora karena menekankan penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari manusia, termasuk metoda kuantitatif dan kualitatif.

           Ilmu sosial, dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat secara subjektif, inter-subjektif, dan objektif atau struktural, sebelumnya dianggap kurang ilmiah bila dibanding dengan ilmu alam. Namun sekarang, beberapa bagian dari ilmu sosial telah banyak menggunakan metoda kuantitatif. Demikian pula, pendekatan interdisiplin dan lintas-disiplin dalam penelitian sosial terhadap perilaku manusia serta faktor sosial dan 1ingkungan yang mempengaruhinya telah membuat banyak peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi ilmu sosial. Penggunaan metoda kuantitatif dan kualitatif telah makin banyak diintegrasikan dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi dan konsekuensinya. Ilmu-ilmu sosial selama bertahun-tahun telah menjadi arena sejumlah kritik. Ilmu sosial secara garis besar dianggap sebagai ‘ilmu yang tidak mungkin’.

            Argumentasi yang ada melihat bahwa gejala sosial adalah terlalu rumit untuk diselidiki. Ilmu sosial, yang membahas mengenai seluruh seluk beluk kehidupan manusia, dianggap tak mampu menangkap ke-kompleksitas-annya. Manusia memiliki gejala dan perilaku yang selalu berubah-ubah, inilah yang mendasari munculnya argumentasi tersebut. Namun, pandangan ini muncul disebabkan oleh kesalahan pada pemahaman tentang hakekat ilmu.

          Berbeda dengan ilmu alam, ilmu sosial cendrung bersifat berubah-ubah, ilmu sosial memandang kebenaran tidak berifat mutlak, yang ada hanya mendekati kebenaran, Ia bergantung pada keadaan objek yang dikaji, dalam ilmu sosial saat ini, belum tentu sama dengan beberapa abad lalu atau yang akan datang. Ilmu sosial tidak dapat diprediksi seperti halnya ilmu alam karena objek-objek dari ilmu sosial berbeda dalam bentuk, struktur serta sifatnya.

           Dalam pertanyaan terakhir dalam ontologi yang memprtanyakan masalah bernilai atau tidaknya sebuah objek, tentunya ilmu sosial sangat bernilai. Hal itu dapat diketahui dengan berkembangbya ilmu sosial saat ini. Selain itu, ilmu sosial selalu menjadi kajian dan perdebatan hangat dalam forum-forum diskusi. Mengingat kembali objeknya bersifat unik dan sangat kompleks.

           Tak dapat disangkal bahwa terdapat perbedaan antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, namun perbedaan ini hanyalah bersifat teknis yang tidak menjurus kepada perbedaan yang fundamental. Dasar ontologis, epistemologis, dan aksiologis dari kedua ilmu tersebut adalah sama. Metode yang diperguankan untuk mendapatkan pengetahuannya adalah metode yang sama, tak terdapat alas an yang bersifat metodologis yang membedakan antar ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu alam.Ilmu-ilmu alam mempelajari dunia fisik yang relatif tetap dan mudah dikontrol.

            Obyek-obyek penelaahan ilmu-ilmu alam dapat dikatakan tak pernah mengalami perubahan baik dalam perspektif waktu maupun tempat. Sebuah batuan yang menjadi obyek penelaahan kita tetapa merupakan batuan yang mempunyai karakteristik yang sama diamana dan kapanpun juga. Hal ini sangat berlainan keadaannya dengan manusia yang menjadi obyek penelaahan ilmu-ilmu sosial. Manusia mempunyai satu karakteristik yang unik yang membedakan dia dari ujud yang lain. Ia mempunyai kemampuan untuk belajar dan dan disebabkan oleh faktor belajar itu dia mengembangkan kebudayaan yang terus berubah dalam kuru zaman. Karakteristik manusia tidak hanya bervariasi dari waktu ke waktu tetapi juga dari satu tempat ke tempat lain sesuai dengan kebudayaan yang berhasil dikembangkannya. 
      
          Dibandingkan dengan ilmu-ilmu alam yang telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, ilmu-ilmu sosial agak tertinggal di belakang. Beberapa ahli bahkan berpendapat bahwa ilmu-ilmu sosial takkan pernah menjadi ilmu dalam artian sepenuhnya.

            Di pihak lain terdapat pendapat bahwa secara lambat laun ilmu-ilmu sosial akan berkembang juga meskipun tak akan memcapai derajat keilmuan seperti apa yang dicapai ilmu alam. Menurut kalangan lain adalah tak dapat disangkal bahwa dewasa ini ilmu-ilmu sosial masih berada dalam tingkat yang belum dewasa. Waalapun begitu, mereka beranggapan bahwa penelitian-penelitian di bidang ini akan mencapai derajat keilmuan yang sama seperti apa yang dicapai ilmu alam. Terdapat beberapa kesulitan tujuan ini karena beberapa sifat dari obyek yang diteliti ilmu sosial mempelajari tingkah manusia.


0 komentar:

Posting Komentar