Jumat, 16 Desember 2016

Duniaku yang Galau

Edit Posted by with No comments


Duniaku Galau




Kita, rupanya, hidup di dunia yang galau. Orang-orang di dalam dunia ini selalu dalam gerak cepat. Mereka merasakan kegalauan di hati mereka. Mereka selalu ingin mencapai sesuatu di luar diri mereka, dan selalu ingin mengubah, atau memperbaiki sesuatu. Apakah anda merasakan hal yang sama?
Apakah rasa galau dan tidak tenang ini sesuatu yang secara alamiah ada di dalam diri manusia? Ataukah peradaban dan lingkungan sosial mengubah kita menjadi mahluk-mahluk yang galau, yang selalu merasa harus mengejar sesuatu di luar diri kita? Inilah yang menjadi pertanyaan dasar Konersmann.
Filsafat modern melihat kegalauan dengan cara yang berbeda. Kegalauan dianggap sebagai sumber dari inspirasi dan kreativitas. Ia diperlukan, supaya orang bisa menemukan kedalaman dan kebaruan di dalam berpikir.
Kita masih menemukan jejak-jejak pemikiran ini di jaman kita hidup. Orang yang tampak galau dan gelisah adalah orang-orang yang dianggap sibuk dan kreatif. Namun, apakah begitu kenyataannya? Apakah kreativitas lahir dari kegalauan dan ketegangan batin?
Bukankah fakta sebaliknya juga tampak. Orang-orang yang galau dan tegang justru jatuh ke dalam kecanduan narkoba, depresi dan bahkan bunuh diri. Mereka justru jauh dari kreativitas. Dan bukankah justru orang-orang yang bisa menemukan kedamaian yang mendalam di dalam hatinya mampu melihat dunia dari sudut pandang yang baru, yang tak diketahui orang-orang lainnya?
Di dalam peradaban Timur, yang berkembang di India, Indonesia, Cina, Jepang dan Korea, dunia adalah sesuatu yang sudah sempurna. Hukum-hukum alam sudah begitu jelas, dan kita tinggal mengalami dan menjalankannya. Manusia adalah mahluk yang sejatinya sudah selalu memiliki kedamaian dan kebijaksanaan di dalam dirinya. Orang hanya perlu melihat ke dalam dirinya secara seksama, dan sampai pada kejernihan, kebahagiaan dan juga kreativitas.
Dunia yang galau adalah hasil dari kesalahan berpikir. Sebenarnya, tidak ada yang perlu dikejar. Galau dan gelisah pun hanya permukaan dangkal dari kedamaian batin yang mendalam yang ada di dalam diri manusia. Jika seluruh dunia menyadari ini, dan melepaskan pandangan kegalauan yang tersebar sekarang, perdamaian dunia pun tidak hanya sekedar impian. Ia sungguh menjadi nyata.



sumber :  Oleh Reza A.A Wattimena 

0 komentar:

Posting Komentar