Menari di
atas Organisasi
Pada tingkatnya yang paling kecil, organisasi adalah
pribadi. Hidup kita adalah sebentuk organisasi. Ia memiliki tata tertentu yang
membuatnya tetap ada, misalnya kita makan dan istirahat, guna memperbaiki
sel-sel tubuh kita yang rusak. Kita juga mempunyai tujuan tertentu, yakni
cita-cita yang ingin kita capai di masa depan.
Seorang atlit basket akan mengorganisir dirinya
dengan baik. Ia akan bangun pagi, berolah raga, dan makan makanan yang bergizi.
Ia akan berlatih secara rutin, tanpa merusak kesehatannya. Inilah yang dimaksud
organisasi diri.
Maka dari itu, kita setidaknya mengenal dua kata,
yakni organisasi dalam arti kelompok, dan organisasi dalam arti organisasi
diri. Di dalam perkembangan sejarah manusia, keduanya ada untuk mengabdi satu
tujuan, yakni keberlangsungan hidup. Organisasi ada untuk menjamin, bahwa
manusia tetap ada dan berkembang di dalam dunia ini. Ada dua hal yang kiranya
perlu diperhatikan disini.
Yang pertama, apakah orang-orang yang berada di
dalam organisasi itu memiliki tujuan yang sama? Jika tidak, maka organisasi itu
akan sulit berkembang, dan justru menciptakan banyak masalah baru yang
sebelumnya tak ada. Yang kedua adalah mentalitas yang sama. Dalam arti ini,
mentalitas adalah sikap hidup dalam bentuk kebiasaan dan pola perilaku yang
sama. Orang yang malas dan rajin akan mengalami kesulitan untuk bekerja sama
dalam satu organisasi.
Namun, organisasi bisa jatuh ke dalam tiga kelemahan
berikut. Yang pertama adalah organisasi yang berubah menjadi birokrasi. Ketika
ini terjadi, organisasi akan bekerja dengan sangat lambat, dan lebih sibuk
dengan urusan-urusan administratif, daripada mencoba mencapai tujuan dasar dari
organisasi itu sendiri.
Organisasi semacam itu juga akan mudah sekali jatuh
ke dalam korupsi. Birokrasi akan membuat sulit banyak orang. Akhirnya, mereka
mencari cara untuk bergerak melampaui birokrasi tersebut, jika perlu dengan
cara-cara curang. Inilah akar dari segala bentuk korupsi di dalam organisasi,
yakni ketika ia menjadi sekedar mesin birokrasi tanpa jiwa, dan kehilangan arah
tujuan dasarnya sendiri.
Di banyak kota di Indonesia, banyak organisasi
pemerintahan telah berubah menjadi birokrasi yang korup. Untuk membuat KTP,
orang harus menunggu lama. Ketika orang itu tidak sabar, ia lalu menyuap untuk
mempercepat proses. Birokrasi yang absolut adalah tanah yang subur untuk
korupsi.
Tanpa jiwa, organisasi akan menjadi sebentuk
penjajahan atas manusia. Orang dipaksa untuk patuh, tanpa tahu, mengapa ia
harus patuh. Ia dipaksa untuk berpikir dan bertindak seperti orang-orang
lainnya di dalam organisasi. Inilah salah satu bahaya organisasi.
Contoh dari organisasi semacam ini adalah agama.
Fundamentalisme kini menjadi penyakit akut dari banyak agama di dunia. Orang
diancam dengan hukum dosa dan neraka, supaya mereka patuh pada perintah agama
yang dibuat oleh orang-orang yang berniat jahat. Akhirnya, agama kehilangan
dimensi spiritualnya, dan menjadi penjajah jiwa.
Namun, sekali lagi perlu ditekankan, bahwa
organisasi selalu berarti dua hal, yakni organisasi kelompok dan organisasi
diri. Keduanya tidak boleh dipisahkan. Ketika organisasi kelompok lebih kuat,
maka peluang korupsi dan konformitas ekstrem akan semakin besar. Organisasi
diri mengandaikan satu hal yang amat penting, yakni kebebasan diri untuk
berpikir dan membuat keputusan.
Dengan kebebasan ini, orang tidak akan pernah
terpenjara di dalam organisasi. Ia akan bisa membangun hubungan yang sehat
antara diri pribadinya dengan organisasinya. Ia bisa bekerja sama, tanpa
menjadi patuh buta. Ia bisa berpikir kritis dan mengajukan pertanyaan, tanpa
menjadi perusak kebersamaan.
Pendek
kata, ia bisa menari di atas organisasi.
Oleh Reza
A.A Wattimena
0 komentar:
Posting Komentar