Dua Versi Tentang Arti Cinta Antar Manusia
Pacaran itu bagi saya seperti sebuah pertarungan kalau sudah kalah ya
memang kalah, kalau kena tinju ya sakit, itu resikonya. Kalau diselingkuhin
atau disakiti ya itu memang sudah wajar sebagai resiko dan orang seharusnya
mengakui bahwa dengan ini maka perlu banyak belajar agar tidak kalah dengan
lawan yang berikutnya.
Dalam konteks pacaran ya misalnya kita harus menjaga bagaimana caranya agar
pasangan kita tidak lari dari kita. Sebagai pria haruslah punya doktrin tertentu
yang membuat wanita menghargai, mencintai, dan menjadikan kita sebagai panutan,
pria harus punya tujuan. Wanita harus dibuat agar bisa terkagum-kagum dengan
sikap dan perlakuan kita kepadanya. Dengan itu maka wanita tahu bagaimana dia
harus bersikap dan bisa setia.
Dalam hal ini, saya tidak
mengatakan bahwa wanita adalah makhluk yang tidak superior dibandingkan
dengan pria. Tetapi hanya mengingatkan kaum pria, bahwa pria adalah pemimpin
yang berkekuatan dan memang diciptakan untuk memimpin. Pria seharusnya bisa
memberikan contoh yang baik dalam bersikap kepada wanita, dengan itu maka
wanita harus jatuh hati kepadanya, kalau wanita itu lari, itu disebabkan
oleh kaum pria sendiri ia tidak bisa mendoktrin wanita itu menjadi mengagumi
pria di sinilah letak kekalahannya.
Doktrin bukanlah satu hal yang kejam dalam kasus ini karena doktrin yang
saya maksudkan adalah mengubah pola pikir wanita yang kita sayangi untuk
menjadi lebih baik dengan itu wanita akan manggut-manggut dan menghargai kita
sebagai pemimpin yang harus diikuti. Ini adalah saran untuk teman saya.
Ada 2 versi cinta yang nantinya akan menentukan bagaimana orang seharusnya
bertindak dalam masalah percintaan:
1. Cinta Platonis,
2. Cinta konvensional.
Pertama-tama, cinta platonis dapat secara kasar didefinisikan sebagai
cinta yang merelakan apa pun agar pasangan kita bahagia. Seperti di banyak
lagu “cinta tak harus memiliki” atau mungkin pernah mendengar “kalau
cinta ya turutin aja apa maunya, kalau dia bahagia ‘kan kamu juga bahagia.” Itulah
cinta platonis sebuah cinta yang mengharapkan kebahagiaan dari kebahagiaan
pasangan kita.
Sedangkan yang kedua yaitu cinta konvensional yaitu cinta yang
“menghalalkan” segala cara untuk mendapatkan cinta. Menghalalkan segala
cara di sini terkesan kasar namun memang itulah yang saya maksudkan. Cinta
konvensional di sini diibaratkan dengan kalimat “jangan biarkan orang lain
mengambil kekasih hatimu”, “cinta tanpa memiliki itu sama saja nonsense”,
dan “bagaimana pun juga saya harus mendapatkan cintanya”.
Gunanya
untuk menentukan orientasi diri terhadap pasangan Anda dan sekaligus menentukan
kira-kira apa yang kita lakukan ketika Anda mengkategorikan diri ke dalam cinta
konvensional atau cinta platonis.
0 komentar:
Posting Komentar