CIRI-CIRI
BERFIKIR FILSAFAT
Manusia memiliki pola berpikir yang
lebih kritis dibandingkan dengan mahluk lainnya, sehingga manusia dikatakan
sebagai mahluk yang sempurna. Lalu bagaimanakah cara membedakan orang yang
berbikir biasa dengan orang yang berpikir filosofi?. Berikut ini beberapa
ciri-ciri manusia yang berpikir filosofi:
1. Berpikir secara menyeluruh. Artinya, Pemikiran yang luas karena tidak membatasi diri dan bukan hanya ditinjau dari satu sudut pandang tertentu. Pemikiran kefilsafatan ingin mengetahui hubungan antara ilmu yang satu dengan ilmu - ilmu yang lain, hubungan ilmu dan moral, seni dan tujuan hidup.
2. Berpikir secara mendasar. Seorang filosof tidak percaya begitu saja kebenaran ilmu yang
diperolehnya. Ia selalu ragu dan mempertanyakannya; Mengapa ilmu dapat disebut
benar?, Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan?,
Apakah kriteria itu sendiri benar? Lalu benar itu sendiri apa? Seperti sebuah
lingkaran dan pertanyaan-pertanyaan pun selalu muncul secara bergantian.
Artinya, pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental atau
esensial obyek yang dipelajarinya sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi
segenap nilai dan keilmuan. Jadi, tidak hanya berhenti pada periferis
(kulitnya) saja, tetapi sampai tembus ke kedalamannya.
3. Berpikir secara spekulatif. Seorang filosof melakukan spekulasi terhadap kebenaran. Sifat spekulatif
itu pula seorang filosof terus melakukan uji coba lalu melahirkan sebuah
pengetahuan dan dapat menjawab pertanyaan terhadap kebenaran yang
dipercayainya.
4. Berpikir secara sistematik. Dalam mengemukakan jawaban terhadap suatu masalah, para filsuf memakai
pendapat-pendapat sebagai wujud dari proses befilsafat. Pendapat-pendapat itu
harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung maksud dan tujuan
tertentu.
5. Berpikir dengan pemikiran yang
bertanggungjawab. Pertanggungjawaban yang pertama
adalah terhadap hati nuraninya sendiri. Seorang filsuf seolah-olah mendapat
panggilan untuk membiarkan pikirannya menjelajahi kenyataan. Namun, fase
berikutnya adalah bagaimana ia merumuskan pikiran-pikirannya itu agar dapat
dikomunikasikan pada orang lain serta dipertanggungjawabkan.
6. Berfikir secara koheren dan
konsisten. Artinya, berfikir sesuai dengan
kaidah-kaidah berfikir dan tidak mengandung kontradiksi atau dapat pula
diartikan dengan berfikir secara runtut.
Berdasarkan ciri-ciri filsafat di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa berfilsafat adalah suatu aktivitas yang
menggunakan potensi akal seluas-luasnya dan sebebas-bebasnya tanpa dibatasi
oleh sesuatu apapun secara radikal, tersistematis, universal dan menyeluruh
serta bersifat spekulatif dan mendasar dalam mengungkap hakikat suatu
kebenaran. Artinya, hasil pemikiran yang didapat dijadikan dasar bagi pemikiran
selanjutnya. Hasil pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk
menjelajah wilayah pengetahuan yang baru. Meskipun demikian, tidak berarti
hasil pemikiran kefilsafatan itu meragukan, karena tidak pernah mencapai
penyelesaian.
0 komentar:
Posting Komentar