Rabu, 21 Desember 2016

Cinta Dan Benci Menurut Pandangan Psikologi

Edit Posted by with No comments


       Cinta Dan Benci Menurut Pandangan Psikologi
CINTA

         Menurut Sternberg, cinta adalah sebuah kisah, kisah yang ditulis oleh setiap orang. Kisah tersebut merefleksikan kepribadian, minat dan perasaan seseorang terhadap suatu hubungan. Ada kisah tentang perang memperebutkan kekuasaan, misteri, permainan, dsb. Kisah pada setiap orang berasal dari “skenario” yang sudah dikenalnya, apakah dari orang tua, pengalaman, cerita, dsb. Kisah ini biasanya mempengaruhi orang bagaimana ia bersikap dan bertindak dalam sebuah hubungan.

           Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan cinta adalah salah satu dari macam emosi yang berupa: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, dan kemesraan.;

         Sebagaimana yang terjadi pada sebuah reaksi kimia, wujudnya tidak akan pernah kembali seperti semula. Sesungguhnya pula, perasaan yang menghanyutkan dalam masa jatuh cinta tadi boleh dianalisis secara kimia. Jadi, prosesnya dimulakan pada saat mata saling bertemu. Tangan yang bersentuhan bagaikan dialiri arus eletrik. Fenomena ini sudah pasti kerana tindakbalas hormon tertentu yang ada di otak, mengalir ke seluruh saraf hingga ke pembuluh darah yang terkecil sekalipun. Inilah yang membuat wajah memerah, dan timbul perasaan “melayang”. Aliran darah yang demikian cepat membuat bernafas pun menjadi berat.

          Ia menentukan beberapa fase kerja hormon dalam otak ketika seseorang sedang jatuh cinta, yaitu sebagai berikut:

· Fase pertama:

           Dapat dijelaskan sebagai berikut, Ketika hubungan mata sedang berlangsung, tertanam suatu `kesan’. Pada fase ini otak bekerja bagaikan komputer yang menyediakan sejumlah data, dan menserasikannya dengan sejumlah data yang pernah dirakam sebelumnya. Ia mencari apa yang membuat pesona itu muncul. Kalau sudah begini, bau yang ditimbulkan oleh lawan jenis pun boleh menjadi pemicu timbulnya rasa romantik.

· Fasa kedua:

         yaitu munculnya hormon phenylethylamine (PEA) yang diproduksi otak. Inilah sebabnya ketika terkesan oleh seseorang, secara automatik senyum pun dilontarkan. Spontan, kilang PEA pun aktif bekerja ketika “wisel” mula dibunyikan. Hormon dopamine dan norepinephrine yang juga terdapat dalam saraf manusia, turut mendampingi. Hormon-hormon inilah yang menjadi pemicu timbulya gelora cinta. Setelah dua tiga tahun, efektiviti hormon-hormon ini mula berkurang.

· Fasa ketiga:

          yaitu ketika gelora cinta sudah reda. Yang tersisa hanyalah kasih sayang. Hormon endorphins , senyawa kimia yang identik dengan morfin, mengalir ke otak. Sebagaimana efek yang ditimbulkan dadah dan sebagainya, saat inilah tubuh merasa nyaman, damai, dan tenang. Ada hormon lain yang akhir-akhir ini dihubungkan dengan cinta. Diproduksi oleh otak, hormon ini membuat saraf menjadi sensitif. Saat itulah tubuh akan didorong untuk merasakan sensasi cinta. Hormon ini pulalah yang diduga boleh mendorong terjadinya proses orgasme ketika bercinta atau melakukan hubungan seksual.     
          Ada juga teori cinta dengan pendekatan bioneurologi yang melihat, membandingkan, dan mengamati struktur otak orang gila misalnya, atau psikologi dan fisiologi yang mempelajari kaitan antara perilaku manusia dan pengaruh hormon pada tubuhnya. Cinta sebenarya sama dengan emosi. Kalau emosi seringkali ditentukan oleh sejumlah hormon (terutama dalam siklus menstruasi), maka hal yang sama juga berlaku dalam proses jatuh cinta.

          Memang, pemacu semburan cinta (PEA) tadi, memiliki pengaruh kerja yang tidak tahan lama. Hormon yang secara ilmiah memiliki kesamaan dengan amfetamin ini, hanya efektif bekerja selama 2-3 tahun saja. Lama kelamaan, tubuh pun bagaikan imun, `kebal’ terhadap si pemicu gelora.

           Manusia merupakan makhluk yang paling kompleks. Jika proses reaksi kimia terjadi pada haiwan, barulah teori rendahnya daya tahan PEA ini boleh

BENCI

         Kebencian merupakan sebuah emosi yang sangat kuat dan melambangkan ketidaksukaan, permusuhan, atau antipati untuk seseorang, sebuah hal, barang, atau fenomena. Hal ini juga merupakan sebuah keinginan untuk, menghindari, menghancurkan atau menghilangkannya. Kadangkala kebencian dideskripsikan sebagai lawan daripada cinta atau persahabatan; tetapi banyak orang yang menganggap bahwa lawan daripada cinta adalah ketidakpedulian.

Benci (hate) adalah salah satu bagian dari sifat-sifat manusia. 
 
           Salah satu mekanisme yang dilibatkan dapat berupa memproyeksikan impuls-impuls kematian ke objek yang dibenci , yakni dengan mengatribusikan kebencian keorang lain. Sebagai contoh, mereka mungkain melihat orang lain sebagai sosok yang

            Menurut Erikson,tahap-tahap psikososial yang tidak diselesaikansecara berhasil akan menghasilkan individu yang memilki sifat pemarah, bermusuhan, dan penuh kebencian:

1) Anak yang tidak mengembangkan kepercayaan yang memadai semasa bayi,cenderung mengembangkan pola untuk senantiasa curiga dalam kehidupan kelak.

2) Anak yang diperlukan deengan cara yang bermusuhan ketika dia didorong mencapai otonomi ddapat menjadi destruktif dan marah.

3) Akhirnya,jika inisiatif anak dihukum dan dihalangi alih-alih ditantang secara realistik,anak bisa gagal dalam mengembangkan superego yang memadai. Individu ini, yang orang tua nya kurang membekalinya dalam ketiga tahap perkembangan psikososial ini, cenderung menjadi orang dewasa yang penuh kebencian dan agresif.

           Teori belajar klasik menyatakan bahwa emosi yang penuh kebencian merupakan respon – respon yang terkondi, sementara teori belajar operant menekankan peran dari pennguatan dan hukuman dalam membentuk agresivitas yang dipelajari. Teori belajar sosial menggabungkannya dengan menyatakan bahwa perilaku benci merupakan hasil dari modeling, obserpasi, imitasi, dan vicariously reinforced (sangat dibesarkan).

           Memang benar bahwa jika perilaku benci memperoleh penguatan, entah karna itu dapat menarik perhatian, entah karena membangkitkan pujian dari orang lain, atau karna menguntungkan material, maka orang itu akan terus bertindak dengan cara bermusuhan. Pada kenyataan, sebenarnya agresi dapat semakin kuat.


0 komentar:

Posting Komentar