Seni Menunggu
Orang berkata, bahwa malam
tergelap hadir tepat sebelum fajar menyingsing. Sebelum matahari terbit, malam
mencapai puncak kegelapannya.
Tepat hal yang sama kurang
lebih terjadi di dalam hidup. Sebelum orang memperoleh sesuatu yang baik, ia
biasanya harus ditempa dalam kesulitan dan tantangan hidup yang berlipat.
Tantangan hidup itu bisa
bermacam-macam. Akan tetapi, tantangan hidup yang terbesar adalah tantangan
yang menghalangi kita menggapi mimpi-mimpi kita, tantangan yang menjauhkan kita
dari apa yang menjadi cita-cita utama hidup kita.
Sebelum mimpi yang manis
bisa terwujud di dalam realitas, kita harus berjalan melewati api tantangan dan
kesusahan. Justru api tantangan dan kesusahan itulah yang membuat semuanya
menjadi begitu berarti, ketika kita berhasil mendapatkan apa yang kita
inginkan.
Tantangan dan kesusahan juga
bisa menghalangi kita dari sumber kebahagiaan yang sepantasnya kita miliki.
Akan tetapi, tantangan dan kesusahan itulah yang juga nantinya akan membuatkan
kebahagiaan kita semakin besar, ketika kita berhasil mendapatkannya.
Seni Menunggu
Yang diperlukan adalah
sedikit kesabaran. Kesabaran yang diperoleh, ketika orang menguasai seni
menunggu.Ingatlah, hal-hal baik datang kepada mereka yang mau menunggu. Tanpa
penantian yang panjang, kebahagiaan yang otentik tidak akan pernah tercapai. Kemampuan orang untuk
menunggu ditantang, ketika ia berada di dalam kesulitan. Kesulitan adalah batu
ujian dari kemampuan kita untuk menunggu, untuk bersabar.
Momen menunggu juga bisa
dipandang sebagai proses pemurnian motivasi. Di dalam penantian, motivasi orang
diuji di dalam waktu. Hanya motivasi yang tulus dan benarlah yang bisa lulus
ujian tersebut. Tidak heran, banyak tradisi budaya kuno meminta orang untuk bersemedi,
berpuasa, dan berdoa sebelum ia menjalankan suatu misi yang dianggap mulia.
Hal-hal besar hanya terjadi pada mereka yang siap untuk dengan sabar dan tabah
menunggu.
Tuhan selalu Ada
“Janganlah takut. Aku selalu
bersamamu. Percayalah padaKu dengan penuh cinta. Percayalah padaKu secara
buta.” Begitulah kata Tuhan kepada Mother Teresa, ketika ia mengalami
kegundahan.Tuhan mendampingi orang, ketika ia sedang menempuh masa penantian
yang berat dan lama. Yang diperlukan oleh orang itu adalah kepasrahan total
kepada Tuhan. Ia harus yakin, bahwa semua akan baik pada akhirnya.
Di dalam masa penantian,
orang tidak hanya diuji motivasinya, tetapi juga keseluruhan dirinya. Segala
sesuatu yang ada padanya dipertaruhkan, dibenturkan, dan diolah di dalam
kesulitan serta kepedihan. Untuk melewati masa penantian ini, orang perlu untuk percaya.
Kekuatan intelektual tidaklah cukup. Diperlukan kematangan emosi, intelektual,
dan spiritual, supaya orang bisa melewati masa penantian yang berat ini dengan
selamat.
Orang perlu percaya, bahwa
semua ini dilakukan dengan niat baik dan pemikiran yang jernih. Terlebih, orang
juga perlu percaya, bahwa ia akan selamat di dalam perjuangan sampai akhirnya
nanti.
Tanpa kepercayaan semacam
itu, hidup akan terasa hampa. Kepercayaan membuat orang bertahan di dalam
kemalangan, karena ia yakin, bahwa ia tidak sendirian. Tuhan selalu berada di
sampingnya.
Hidup tidak Absurd
Memang, kesulitan hidup
seringkali datang bertubi-tubi. Ibaratnya, sudah jatuh kemudian tertimpa
tangga. Banyak orang mengalami hal semacam ini. Hal-hal negatif ini
direfleksikan oleh seorang filsuf Perancis abad kedua puluh, Albert Camus. Ia
sampai pada kesimpulan, bahwa hidup manusia ini absurd.
Hidup ini tidak memiliki
alasan. Hidup juga tidak memiliki arah. Akan tetapi, manusia tidak boleh lari
dari hidup yang absurd ini. Manusia harus menatap dan menghadapinya dengan jiwa
besar. Manusia harus menghadapinya dengan kebahagiaan.
Apa yang dikatakan Camus
memang memiliki kebenaran sendiri. Namun begitu, refleksi itu keluar dari mulut
seseorang yang tidak memiliki kepercayaan, bahwa hidup ini bermakna.
Kesulitan hidup adalah tahap
awal sebelum kita sampai pada kebahagiaan. Yang kita perlukan adalah rasa
percaya, bahwa kesulitan ini bukanlah akhir, melainkan awal dari sesuatu yang
lebih besar.
Jika dilihat seperti ini,
yakni dengan kaca mata kepercayaan, maka hidup tidaklah absurd. Hidup memiliki
makna yang dalam. Hidup adalah penantian; penantian yang memerlukan perjuangan
untuk menjalaninya. Kita perlu yakin, bahwa di akhir penantian dan perjuangan
ini, kita akan memperoleh kebahagiaan. Kebahagiaan yang justru semakin besar,
ketika kita memperolehnya dengan kesusahan.
Hidup yang sempurna bukanlah
hidup yang tanpa cacat, melainkan hidup yang justru sempurna di dalam segala
cacatnya. Hidup yang tetap indah dan bermakna, walaupun darah dan keringat
adalah taruhannya.***
0 komentar:
Posting Komentar