Jumat, 16 Desember 2016

Omong Kosong

Edit Posted by with No comments


Omong Kosong

Omong kosong adalah kebohongan yang dibungkus dengan cara-cara tertentu, sehingga ia tampak sebagai benar. Omong kosong diciptakan dan disebar untuk memenuhi kepentingan pihak-pihak tertentu. Di Indonesia sekarang ini, ada dua kepentingan yang secara langsung ditopang oleh omong kosong ini, yakni fanatisme agama dan konsumtivisme ekonomi. Keduanya mengakar begitu dalam dan tersebar begitu luas di Indonesia.
Agama di Indonesia, dan mungkin di seluruh dunia, menyebarkan begitu banyak omong kosong, sehingga menutupi pesan luhur dan sejati agama tersebut. Omong kosong ini lalu menciptakan fanatisme yang akhirnya berujung pada kekerasan. Omong kosong ini juga menciptakan pembodohan di berbagai bidang, mulai dari larangan untuk sekolah, sampai dengan penindasan pada kaum perempuan. Omong kosong ini juga sejatinya melestarikan tata masyarakat feodal yang menguntungkan segelintir kecil orang, dan merugikan masyarakat secara luas.
Omong kosong juga tersebar begitu luas di bidang ekonomi. Orang dirayu untuk terus membeli barang yang ia tidak perlu, walaupun uangnya terbatas untuk melakukan itu. Akibatnya, banyak orang hanya hidup untuk bekerja, menabung dan membeli barang-barang lebih banyak lagi. Mereka kehilangan kepedulian pada kehidupan bersama, dan berubah menjadi robot-robot bodoh yang doyan berbelanja.
Yang juga menyedihkan, institusi pendidikan juga banyak menyebar omong kosong. Mereka membalut segala bentuk omong kosong dengan penelitian (yang juga omong kosong), sehingga tampak ilmiah dan bisa dipercaya oleh masyarakat. Milyaran rupiah dikeluarkan untuk membiayai penelitian omong kosong untuk menopang omong kosong pula. Pendidikan berubah menjadi pembodohan dan pusat penelitian berubah menjadi pusat omong kosong.
Dengan demikian, kita semua perlu belajar untuk mendeteksi omong kosong di sekitar kita. Kita perlu melihat kotoran sebagai kotoran, dan bukan sebagai makanan enak. Kita perlu berhenti untuk menelan mentah-mentah omong kosong yang disebarkan oleh agama dan ekonomi. Kita perlu kembali ke pesan asali agama dan ekonomi, yakni untuk kesejahteraan batin dan kesejateraan sosial.
Dua hal kiranya penting disini. Pemikiran kritis yang ditawarkan filsafat amat berguna untuk mendeteksi segala bentuk omong kosong di sekitar kita. Filsafat kritis perlu diajarkan secara luas di masyarakat. Filsafat tidak boleh diajarkan sebagai dogma untuk membenarkan ajaran agama tertentu, seperti yang banyak terjadi di Indonesia, dan berbagai negara lainnya.
Oleh Reza A.A Wattimena

0 komentar:

Posting Komentar