Omong Kosong
Omong kosong adalah kebohongan yang dibungkus dengan
cara-cara tertentu, sehingga ia tampak sebagai benar. Omong kosong diciptakan
dan disebar untuk memenuhi kepentingan pihak-pihak tertentu. Di Indonesia
sekarang ini, ada dua kepentingan yang secara langsung ditopang oleh omong
kosong ini, yakni fanatisme agama dan konsumtivisme ekonomi. Keduanya mengakar
begitu dalam dan tersebar begitu luas di Indonesia.
Agama di Indonesia, dan mungkin di seluruh dunia,
menyebarkan begitu banyak omong kosong, sehingga menutupi pesan luhur dan
sejati agama tersebut. Omong kosong ini lalu menciptakan fanatisme yang
akhirnya berujung pada kekerasan. Omong kosong ini juga menciptakan pembodohan
di berbagai bidang, mulai dari larangan untuk sekolah, sampai dengan penindasan
pada kaum perempuan. Omong kosong ini juga sejatinya melestarikan tata
masyarakat feodal yang menguntungkan segelintir kecil orang, dan merugikan
masyarakat secara luas.
Omong kosong juga tersebar begitu luas di bidang
ekonomi. Orang dirayu untuk terus membeli barang yang ia tidak perlu, walaupun
uangnya terbatas untuk melakukan itu. Akibatnya, banyak orang hanya hidup untuk
bekerja, menabung dan membeli barang-barang lebih banyak lagi. Mereka
kehilangan kepedulian pada kehidupan bersama, dan berubah menjadi robot-robot
bodoh yang doyan berbelanja.
Yang juga menyedihkan, institusi pendidikan juga
banyak menyebar omong kosong. Mereka membalut segala bentuk omong kosong dengan
penelitian (yang juga omong kosong), sehingga tampak ilmiah dan bisa dipercaya
oleh masyarakat. Milyaran rupiah dikeluarkan untuk membiayai penelitian omong
kosong untuk menopang omong kosong pula. Pendidikan berubah menjadi pembodohan
dan pusat penelitian berubah menjadi pusat omong kosong.
Dengan demikian, kita semua perlu belajar untuk
mendeteksi omong kosong di sekitar kita. Kita perlu melihat kotoran sebagai
kotoran, dan bukan sebagai makanan enak. Kita perlu berhenti untuk menelan
mentah-mentah omong kosong yang disebarkan oleh agama dan ekonomi. Kita perlu
kembali ke pesan asali agama dan ekonomi, yakni untuk kesejahteraan batin dan
kesejateraan sosial.
Dua
hal kiranya penting disini. Pemikiran kritis yang ditawarkan filsafat amat
berguna untuk mendeteksi segala bentuk omong kosong di sekitar kita. Filsafat
kritis perlu diajarkan secara luas di masyarakat. Filsafat tidak boleh
diajarkan sebagai dogma untuk membenarkan ajaran agama tertentu, seperti yang
banyak terjadi di Indonesia, dan berbagai negara lainnya.
Oleh Reza
A.A Wattimena
0 komentar:
Posting Komentar